I
"ANJING!!!TAIK!!!"makiku marah dan menendang onggokan
pasir didepanku.Dadaku terasa nyeri,seperti ada duri yg menusuk dijantungku.Dan
tiap kali aku mencoba menarik nafas,duri itu smakin jauh tertanam kedalam.Aku
kian mnjadi sesak.Aku jd gelagapan dan mencoba menarik udara ke dalam paru2ku
yg kosong.Berat,dan aku hanya mampu bernafas sdikit sedikit.
Sialnya,tanpa kusadari pipiku telah basah oleh
air mata.Aku ingin kembali berteriak, mengeluarkan makian keras,tp ternyata hal
itupun sulit.Aku hanya mampu menggerung dg suara tak jelas dan jatuh tersungkur
dipasir.Susah payah,aku kembali mencoba menghirup udara lagi.
Sakit!
Benar2 sakit!
"Coba buat mengatur nafas,"tukas sebuah suara yg tiba2
saja terdengar didekatku.
Aku yg tak tahu ada orang lain,jelas saja kaget.Aku sedang berada
sekitar 100 meter dr club Deja Vu Legian.Dan setahuku,pantai dibagian ini
biasanya tdk begitu ramai .Apa lg di malam hari sperti ini.Kalau tdk salah aku
td berangkat dr Denpasar jam 12 malam.Itu berarti skrng skitar jam setengah 1 dini
hari.Dan aku yakin aku td tak melihat seorangpun saat aku memarkir motorku dan
berlari ke pantai.
"Coba pelan2 hitung dari angka satu sembari mengatur
nafas,"saran pria itu lg.
Aku tak menolehnya,tp tanpa sadar aku mengikuti sarannya.Suaranya
yg tenang terdengar bgt dalam, berwibawa dan persuasif.Jd aku melakukan apa yg
ia katakan.
"Mendingan?"tanyanya dan diam disebelahku.
Aku tak menjawab,tp dia benar.Nafasku sudah mnjadi sedikit lebih
normal.Namun sesaat kemudian,sebuah tangan yg mengusap pipiku,membuatku
berjegit dan menjauhkan diri.
"Maaf.Pipimu basah,"kata cowok itu dg suara tenangnya.
Sial!Aku lupa kalau tanpa sadar td aku menangis.Dg cepat aku
mengusap pipiku.Benar2 sial!Apa coba ntar yg dia pikir melihat seorang cowok
nangis sembari maki2 di pantai malam2 gini?Bisa2 dia pikir aku bencong nyasar
lg.
"Minum ini. .
,"katanya dan mnyodorkan sebotol minuman kaleng pd ku,"Kau
lebih membutuhkannya dibandingkan aku" lanjutnya lg.
Aku tak menyahut tp aku mnerima dan meminumnya seteguk,sedikit
lega.
"Pacar?"tanyanya setelah terdiam untuk bbrp saat.Dia lalu
duduk disebelah ku sehingga kini aku bisa melihat profil wajahnya.Wajahnya yg
terlihat putih dan dewasa benar2 serasi dg suaranya yg dalam dan
menenangkan.Teman2 cewek ku dikampus pasti langsung ngeces melihat muka seperti
yg dimilikinya.
"Maaf,"kataku pelan tanpa menjawab pertanyaannya.
"Kukira tak ada orang disini,"kataku lagi lalu brpaling menatap laut
yg malam ini hanya sedikit bergelombang.
"Santai lah!Aku jg ga nyangka kalo ditempat ini bisa ada orang
lain yg sakit hati selain aku,"jwbnya dg nada biasa.Tentu saja kalimatnya
td membuatku berpaling menatapnya.Tp dia hanya tertawa kecil". .
.yeah!malam ini bukan hanya kamu yg sedang sedih.Aku jg baru putus sama
pacarku.Aku melihatnya sedang berciuman dg cowok bule di deja vu
td"jelasnya kemudian.
"Cwekmu selingkuh jg?"sergahku kaget.
"Bukan!Cowokku"jawabnya membuatku sontan
terdiam."l'm gay"lanjutnya lg.
Tak ada kata yg bisa aku ucapkan untuk meresponnya.Tp aku beringsut
sdikit dari tempat dudukku semula.Dia tertawa kecil melihatku.
"Hei,aku sedang tidak berusaha untuk merayumu.Tenang!aku bukan
tipe gay yg seneng memperkosa orang," selorohnya dg nada geli.
"Maaf. . ."gumamku pelan.
"Ga semua gay haus akan kelamin laki2.Sama sprti orang
str8t.Ada mrk yg jahat,hiperseks,normal dan bahkan baik hati seperti
malaikat.Kami sama2 manusia spertimu kok,dg berbagai macam kpribadian,sifat dan
kebutuhan.Kami jg makan nasi. . ."
"Maaf,aku ga bermaksud. . ."
"Aku tau"potongnya cepat."Bukan salahmu kalau kau jd
sdikit ketakutan.Imej yg beredar dimata masyarakat memang begitu.Pdhl. . itu ga
bener.Tp. . .gay dinegara kita memang masih jd hal yg tabu.Dan kau bukan orang
pertama yg bereaksi seperti tadi didepan orang gay.Kalau kau masih takut,nih. .!"dia melempar sebuah botol bir kosong
yg jatuh disebelah kakiku.
"Mksdnya?"tanyaku tak mengerti.
"Pukul kepalaku dg itu kalo aku mulai macam2"katanya lg.
Tentu saja aku jd tak enak mndengarnya,meski aku sadar kalau reaksi
pertamaku saat tau dia gay tadi,cukup untk membuatnya tersinggung."Maaf,aku
tadi. . ."
"Sudahlah!Nggak apa2!Pegang aja supaya kau jd lebih
tenang"katanya membuatku semakin merasa tak enak.
"Aku konyol.Maaf"pintaku lg.
"Like l said,it's fine!Lupakan saja.Jd. . . .apa
ceritamu?" tanyanya kemudian.
Sontan pertanyaannya membuatku teringat kenapa aku berada dipinggir
pantai ini tengah malam buta.Dan rasa sakit kembali merambati hatiku dg cepat.
"Bercerita akan sdikit membuatmu lebih nyaman.Percayalah!Para
psikolog manjadi super kaya hanya dg diam dan mendengarkan orang
bercerita."selorohnya membuatku sdikit tersenyum,"Dan lg pula. . .
.kita sama2 asing.Kita tidak berinteraksi dg orang yg sama.Jd,tak akan ada
resiko ceritamu bocor ke temen2mu.Tak ada resiko untuk dikhianati.Kau
aman"tukasnya lg dg nada bercanda.
Aku sdikit tergelak meski terdengar agak aneh,"Ceritanya gak
jauh beda dgmu kok"sahutku kemudian.
"Dikhianati?"tanyanya.
"Yup!Td ku temukan pacarku ditempat tidur dg orang
lain.Telanjang!"kataku cepat,berharap dg begitu rasa sakitnya akan lebih
sdikit terasa.Tp aku salah.Hatiku masih seperih yg td.
"l'm sorry"katanya pelan.
"Don't be!Kamu ga ngelakuin apa2 kok.Cewek sial itu yg
melakukannya!"dengusku kesal.
"Kamu sayang banget pdnya ya?"tanyanya.
"Tadinya!Tp skrng aku baru nyadar bodohnya aku" gerutuku
dg nada gemas."Selama ini aku selalu ngeyakinin diri,kalo suatu saat dia
akan luluh dg ketulusanku. Aku selalu mencoba ngeyakinin diri kalo dia sayang
pdku meski dia cuek,semaunya sndiri dan suka marah.Kukira itu emang sifat cewe
aja yg selalu ingin diperhatikan dan dimanja. Skrng baru aku nyadar kalo aku
tuh dibegoin habis.Apa gunanya coba aku ke rumahnya hujan2 cuma buat nganterin
materi tugas kuliahnya?Atau nunggu dia berjam jam selesai kuliah?Nemenin dia
kemanapun dia mau.Mati2an kasih surprise di waktu2 spesial?Atau menghormati dia
mati2an?!Gak sekalipun aku berani bersikap kurang ajar/menyentuhnya di tempat
yg gak pantas krn aku menghargainya.Menganggapnya spesial yg hanya pantas
kusentuh saat kami menikah nanti.Tp lihat. . . .dia enteng aja ngentot orang lain.Anjing!!"makiku
seraya melempar botol yg td kupegang.
"Jarang ada cowok seumuran kamu punya pemikiran sprti
itu"gumamnya.
"Aku hrs tersanjung/tersinggung dg komentarmu td?"
dengusku kesal.
"No!itu pujian!"tukasnya cepat."Ayolah!Brp orang yg
kau kenal mau berpikiran seperti itu?Adat dinegara kita amat menjunjung tinggi
virginitas.Tp fakta skrng brkata lain.Free sex bukan lg milik kebudayaan
barat.Bnyk masyarakat kita yg mengadopsi budaya itu"
"Dan homoseksualitas?"
Dia tertawa"Prnh dngr tentang budaya warok yg pnya murid laki2
dan skaligus melayaninya?"tanyanya,"Budaya itu sudah ada didaerah
jawa timur kalo ga salah.Ntah bagian mana.atau Banyuwangi,tetangga pulau Bali
ini.Apa kau tahu,kalau dulu para pekerja seni nya,penari gandrung/yg lain adalah
pria?Dan mrk menggunakan pakaian wanita?"
Aku mengerutkan kening mendengarnya.
"Google aja!Pasti ketemu!"selorohnya.
"Jadi maksudmu,it's okay untuk melakukan semua itu?!"
tanyaku sdikit meradang.
"Hal itu tergantung pd individu masing2 kan?"jwbnya
datar,"Smua orang memiliki hak untuk melakukan/ memilih jalan yg mrk
inginkan.Kau punya prinsipmu.Aku jg.Dan. . . .cewekmu punya pilihannya
sendiri"
"Mantan"potongku cepat.
"Right!Mantanmu!Kau,aku ataupun dia,punya pertimbangan dan
alasan sndiri.Aku sndiri,andaikan boleh memilih,jg tak ingin mnjadi seorang
gay.Aku ingin menjalani kehidupan biasa2 saja,yg kalian sebut dg normal.But
here l am!Aku lebih memilih untuk berhubungan dg lelaki.It's in me.Rasa itu
sudah ada dalam diriku tanpa aku memintanya.Kalaupun ada yg menganggapnya
salah. . . .ya maaf.Tp aku tak bisa merubahnya lg"
"Sudah pernah mencoba?!"tanyaku penasaran.
"Sering,"jwbnya singkat."Aku sudah mncoba mengikuti
arus pd saat aku SMP dan SMA.N l felt like a criminal!Aku menipu smua mantan2ku
itu"
Aku terdiam.
"Tentang cewekmu itu. . . .mungkin kamu harus brsyukur krn
telah menemukannya dlam keadaan begitu!"
"APA?!"tanyaku sontan marah.
"Dengar dulu!"potongnya cepat,"Satu hal yg ku coba
yakini adalah,there's always something worthy behind bad things. Mungkin terbongkarnya
skandal cewekmu adalah hal yg terbaik untukmu.Hal ini mencegahmu untuk
melakukan kesalahan yg lebih besar lg.Bisa kamu bayangin kalo kamu nemuin mrk
dlm keadaan telanjang setelah cewek itu sudah berstatus istri mu?Bisa kamu
bayangin sakit hati yg akan kamu tanggung?Jg rasa malu mu!Belom lg kalo kalian
telah memiliki keturunan."
Aku terdiam,hanya menatap sisi kanan wajahnya yg diterangi lampu
sebuah restoran dibelakang kami.Mataku tertancap pd sbuah tahi lalat kecil yg
ada disisi hidungnya.Pikiranku mncoba menelaah kata2nya tadi.Tak ada sebuah
sanggahan yg bisa kubuat untuk melawan argumennya.
"Kamu mau nantinya punya istri yg selingkuh?Enggak kan?Anggap
aja ini yg terbaik bagi mu.Dg berselingkuh,cewekmu scara tdk lngsng telah
membuktikan bahwa DIA bukan yg terbaik untukmu.Dia tidak pantas dan tak akan
bisa membahagiakanmu. Saranku,cepat lupakan dia.Aku tahu hatimu masih sakit
mengingat smuanya.Semua pengorbanan yg kau berikan anggap saja kebodohan yg
kedepannya, tidak boleh lg kau lakukan.Jadikan sakit hati yg kamu rasakan sbg
pengingat nantinya.Value yourself.Jangan biarkan dirimu hancur hanya krn cewek
sinting yg tidak bs menghargaimu. Yeah sakit skrng ini.But trust me,dg adanya
kejadian ini,hanya membuktikan bahwa kau layak mndapatkan yg lebih baik dr
cewek itu.Bangkit dan perbaiki diri.Tunjukkan ke cewek itu bahwa kamu bisa
survive dan mnjadi lebih baik tanpanya.Dan dia bodoh telah melepasmu!"
"But it hurts,"gumamku yg terdengar seperti rajukan.
Dia tersenyum,"l know.Tp kau harus cepat memulihkan diri.Jgn
biarkan hal ini menghancurkanmu.She doesn't deserve you.Kau akan mendapatkan
orang lain yg jauuuuuh lebih baik drpd nya!Trust me!"tegasnya yakin.
"Lalu. . . bgmn aku hrs bersikap bila bertemu dgnya?Kami
berada di kelas yg sama,"tanyaku lg.Membayangkan hrs bertemu dg cewek
sinting itu sudah cukup membuatku gemetar marah.
"Smile dan acuhkan dia!Tunjukkan kalo apa yg dia lakukan tdk menimbulkan efek yg berarti pdmu."
"Aku tak mungkin lngsng bisa melupakan kejadian
ini,"kataku lg.
"Pastinya!Jd sibukkan diri!Tingkatkan prestasi!Perbaiki
diri.Pokoknya isi hari2mu dg kegiatan positif yg akan membawa dampak baik bg mu
dan pendidikanmu!Kalo selama ini kamu bisa ngehabisin waktu ngelayanin atau
nungguin dia kuliah,kamu bisa pake waktumu itu dg belajar atau hang out bareng
gank mu,yg mungkin udah lama kamu cuekin!"
GILA!!Keren bgt pemikiran dia,pikirku.Smua kata2nya masuk
akal.Ngapain jg aku kudu musingin cewek sialan itu?!
"Gmn?"tanyanya.
"Bener jg sih,"gumamku pelan."Ngapain aku buang2
energi musingin cewek sinting itu?"
"Yup!Cuma buang2 energi ma waktumu aja!Sakit hati pasti akan
masih kamu rasakan!Tp inget aja,dia gak pantas untukmu!Jadiin kalimat itu
mantra saktimu!"
"Apa kau memakai mantra itu jg skrng?"tanyaku.
Dia kembali tersenyum"Yeah. . .l do!"jawabnya dg nada
sedih.
"Hei,setidaknya kalian kaum gay terhindar dr masalah
besarnya.l mean,kalian tak harus mndapat resiko dikhianati pd saat telah
menikah kan?"selorohku.
"Yeah!Tp kami jg tak akan mungkin dpt menikah,meskipun kami
telah menemukan soulmate kami.Smntara kalian para str8t bisa kan?"katanya.
Lagi2 aku terdiam.
"Kami sama sepertimu.Terbuat dari daging dan darah!Kalau kulit
kami teriris,kami jg merasakan sakit dan berdarah!Kami jg menangis saat
sedih.Sama sepertimu.Terlebih lg,kami jg ingin bisa bersama,berjanji sehidup
semati dg orang yg kami cintai.Sama sepertimu.Tp. . . .kau tahu sendiri itu
mustahil.Bayangkan saja reaksi ortu mu kalau tiba2 saja kau datang pd mrk dan
mengatakan,'Pak,Bu. .aku mau nikah sama cowokku!'.Kalau mrk tak meninggal ditempat,anggap
saja kau beruntung"selorohnya.
Aku mendesah pelan,"Ternyata hidup rumit yah?" gumamku.
"Absolutely!Tp hidup jg indah.Meski banyak likunya. Nikmati
aja,"tukasnya ringan.
Untuk bbrp saat kami hanya diam.Seperti sama2 mncoba untuk
merenungi salah satu liku hidup yg sedang kami tempuhi.Terus terang saja,aku
merasa bersyukur dia ada disini malam ini.Krn kata2nya benar2 bisa membuatku
merasa sdikit lebih baik.Kemarahanku yg tadinya hampir2 tak tertahankan,sedikit
berkurang.Dan baru kusadari kalau aku sedang diam dipantai Legian ini,pada jam2
pagi hanya dg memakai selembar kaos tipis.Tanpa sadar aku
bergidik,kedinginan.Aku sdikit kaget saat tiba2 tubuhku diselimuti dg sebuah
jaket.
"Pakai saja.Kau bisa masuk angin kalau kau pulang ketempatmu
naik motor,hanya dg kaos itu"kata cowok itu.
"Tapi kamu. . . .?"
"Aku bawa mobil.Jd aku pasti baik2 saja,"katanya
menenangkan dan bangkit.
"Bagaimana aku mengembalikan jaketmu?"tanyaku.
"Simpan saja!Anggap itu hadiah dr orang asing yg sama2 patah
hati.Kau tak mau pulang?"
Aku bangkit dan mengibaskan celanaku yg sdikit tertempel
pasir,"Tentu saja pulang" kataku.Dan baru kusadari pd saat kami
berdiri,bahwa tinggi kami hampir sama.Hanya saja kulihat badannya sedikit lebih
berisi dr ku.Tampak tegap dan gagah.Pasti sering ngegym pikirku.
"Kalau begitu,aku kembali ke mobilku."katanya dan
menunjuk ke arah kiri.
"Hei. . .,thanks,"kataku saat dia mulai
melangkah,"dan. . . .siapa namamu?"tanyaku yg baru sadar kalau dr td
kami belum memperkenalkan diri.
"Sebaiknya tidak perlu,"katanya dg senyum,"Ingat
waktu kukatakan kalau lebih aman jk kita bercerita dg orang asing?Jd. .
.biarkan saja kita tetap mnjadi asing satu sama lain."
"Kalau kita bertemu lg?"
Dia kembali tersenyum,"Berarti kita berjodoh.Dan mungkin pd
saat itu,kita akan saling memperkenalkan diri.Selamat malam,"pamitnya dan
melangkah pergi.
Aku memandangnya yg melangkah dg gagah meninggalkanku.Aneh
rasanya.Kami telah berbicara banyak hal,curhat dan saling mengeluarkan pendapat
untuk bbrp lama tanpa tau nama masing2.Dan juga,dia memberiku jaket yg tampak
mahal ini,pikirku sembari memasukkan tanganku kedlm lengan jaket.Agak sdikit
kebesaran.Mungkin krn meski tubuh kami sama tingginya,tp dia lebih
berisi.Maklum anak kost. Lumayan.Jaketnya keren,pikirku lg dan melangkah menuju
motorku.
II
Hari ini aku kekampus dg perasaan yg sdikit ringan.Pertemuanku dg
cowok asing semalam benar2 membuatku merasa yakin kalau semuanya akan baik2
saja.Dan aku hrs bisa mengalihkan perhatianku pd hal2 yg lebih positif
untukku.Jd persetan banget kalo aku harus ketemu cewek sial itu.Anggap aja dia
kentut yg hrs segera kutinggalkan!
"DAVA!!!"
Kulihat Randy,salah satu sohibku melambai dari arah kantin.Dg
senyum lebar aku menghampirinya."Traktir ya?"pintaku dan lngsung
menyambar sebotol minuman bersoda.
"Kancrut!Nyesel gw manggil elo!"gerutu Randy krn
tingkahku.
"Akhir bulan Bro.Kiriman gw belom dateng.Yg kmrn udah hampir
ludes.Kalo gw ga ngirit,gw bisa makan angin!"belaku.
Randy yg mengerti akan keadaanku jd tersenyum.Dia sih enak.Bokapnya
adalah salah satu pejabat teras di propinsi ini.Kalau masalah duit,dia ga
pernah kering.Lha wong dia tinggal bareng ortu.Kalau butuh jg tinggal nodong.
Asyiknya,meski dia anak orang berada,dia gak sombong. Anaknya baik banget.Ga
jarang dia ngajak aku makan bareng keluarganya yg semuanya berhati emas.Kami
sudah berteman sejak kami jd mahasiswa baru di Unud ini.Kemana mana
bareng.Hanya saja sejak aku jadian dg cewek sial itu,kebersamaan kami jd jauh
berkurang.
"Lo butuh duit?"tanya Randy.Aku yg tau kalau dia bertanya
begitu atas niat baik hanya tersenyum.Kalau aku mau,aku bisa saja pinjam uang
pdnya.Randy tak akan keberatan.Tp aku tak mau seolah olah aku memperalat
kebaikannya.
"Thanks.Belom perlu.Ntar kalo gw udah bener2 kehabisan duit,gw
ngungsi aja ke rumah lo.Biar bisa makan gratis,"cengirku.
"Nyokap dari kemaren udah nanyain elo tuh!Apa lagi
Tita!Kayaknya mrk lebih sayang ke lo drpd gw,"katanya sedikit menggerutu.
Aku tertawa mendengarnya.Ingat dg Tante Marsya,Mama nya Randy serta
Tita adeknya yg masih kelas 2 SMP tp manjanya ga ketulungan.Apa lg sama
aku.Selalu gelayutan dan gak mau lepas.Sampai2 dia bilang mau menukar aku yg jd
abangnya drpd Randy."Kalo gt,ntar gw pulang ikut elo deh!"putusku yg
tiba2 jg jd kangen dg mereka.
"Lho?Tumben?Lo ga ada kencan ma. . . .,"kata2nya terputus
dg mata yg terarah pd pintu kantin.
lmelda,cewek sialan itu kulihat masuk dg Achi temannya. Untuk
sesaat kami cuma saling diam memandang.Aku bangkit dan menoleh ke Randy.
"Bayar gih makanannya.Kita ke kelas,"ajakku.
Randy dg sigap bangkit untuk membayar makanannya. Bless him.Dia tau
kalau aku ingin segera pergi dan dia menurut tanpa banyk bertanya.Benar2 teman
yg sulit ditemukan.
"Kita harus bicara,"kata lmelda mendekat.
Aku menatapnya dingin.Bertanya tanya dalam hati,apa sebenarnya yg
dulu membuat aku begitu tergila gila pdnya?Krn skrng,aku tak bisa menemukan 1
alasanpun. Perasaanku pdnya benar2 padam!
"Sorry.Lebih baik nggak usah.Krn percayalah,lo gak bakalan
suka apa yg nantinya keluar dari mulut gw,"kataku dan segera melangkah
keluar dg Randy dibelakangku.
"Kalian putus?"tanyanya tanpa menyembunyikan nada
penasaran.
"Yup!"jwbku singkat nyengir.
"Boleh tau knp?"tanyanya lg.
"Dia gw pergokin tidur dg cowok lain!"sahutku tanpa
menghentikan langkahku.Tp Randy sontan berhenti bengong saking kagetnya.Aku cm
tertawa kecil melihatnya.
"Woi,serius lo?"tuntutnya.
"Yup!Tp ga usah sebarin berita itu.Biar aja itu jd aib yg cuma
gw,dia,elo ma cowok pantai semalem aja yg tau"
"Cowok pantai?"tanya Randy dg kening berkerut.
"Panjang ceritanya.Tp ga penting jg buat lo tau!Hayok cepetan
ke kelas!"ajakku," Dan gw serius.Jangan sampe ada yg tau knp gw
putus!"pintaku lg yg dijawab dg anggukan oleh Randy.Aku tersenyum.Aku
memang tak ingin ada yg tau.Bukan cm krn egoku,tp jg ga etis aja ngebayangin
kalo aib orang harus tersebar.Apalg kalau hal itu bersumber dari mulutku.
Hebatnya,sebelum kuliah hari itu berakhir,hampir smua teman2 kami
dikampus tahu kalau aku dan lmelda putus.Mulanya aku bengong saat bbrp teman
bertanya,meminta konfirmasi pdku.Gila!Udah kayak seleb aja! pikirku kecut.Ga
nyangka ada banyak orang yg peduli sama hubunganku dg Imel.Hal itu sdikit
membuatku tak nyaman.Aku cm mengiyakan saja tanpa mengatakan penyebab putusnya
kami.Tp kalau harus mlakukan hal itu lebih dari 20 kali,lama2 empet jg.Jadilah
aku balik dari kampus dg muka sdikit kusut.
"Hei. . . . kamu baik2 aja?"tanya Randy saat kami
meluncur dalam mobil kerumahnya setelah aku menaruh motorku di kostan.
"Cape jg Bro kalo gw
kudu confirm ma anak2 soal putusnya gw ma lmel.Gila aja mrk!Berasa jd seleb gw
hari ini!"gerutuku membuat Randy tertawa.
"Lo ga nyadar kalo lo banyak yg suka?"selorohnya,"Dg
putusnya lo ma lmel berarti ada lowongan yg bisa mereka masuki.Jelas aja mrk
semangat!"
"Halah! Apaan coba?!" dengusku.
Randy hanya menggeleng dg reaksiku."Coba aja lo sdikit
menghargai diri lo.Berkaca deh!Elo cukup pantas untuk diminati,"ujar Randy
pelan.
Untuk sejenak aku memandangnya,sedikit kaget oleh opininya."Lo
ga naksir gw kan?"tanyaku khawatir.
"Anjrit!Gw masih suka cewek,kunyuk!Najis aja kalo gw kudu
pacaran ma lo!"makinya kesel.Aku sontan tertawa.
"Ya kali aja lo diem2 naksir gw.Secret admirer!Eh pas gw
nginep,lo ga pernah grepe2 gw kan?Pas gw tidur,lo ga ngelakuin yg macem2
kan?!"tanyaku dg muka serius.
Randy bengong,seolah olah gak percaya kalo yg ngomong barusan
adalah aku.Dg jengkel dia melempar kotak tissue yg ada di dashboard pdku.
"Dasar mesum!Songong!Otak lo perlu dicuci biar bersih!!"
makinya membuatku ngakak.
Aku tak pernah sadar kalau aku kangen suasana ini.Bercanda dg teman
tanpa harus terburu buru krn ada janji dg lmel."Sorry ya Ran.Gw jarang
hang out ma elo semenjak gw jadian ma lmel."
Randy tersenyum,"Wajarlah.Namanya aja orang pacaran!Ntar kalo
gw udah pnya pacar,mungkin gw jg bakalan sibuk,"ujarnya.Aku yg kini jd
bengong dibuatnya.
"Jangan dong Ran!Ntar siapa lg yg mau bantu2 gw.Jangan cuekin
gw ya?"pintaku.
Randy nyengir,"Nah,sekarang siapa ya yg sebenarnya jd secret
admirer?"tanyanya menggoda.
Karuan aja aku misuh2.Sadar kalo aku dikerjain.Randy terkekeh
melihatku.
"Jgn khawatir Bro.Selamanya kita sohib!"ujar Randy saat
tawanya reda.
Aku tersenyum.Merasa bersyukur memiliki dia sbg
temanku."Thanks,"kataku pelan.
III
Telah seminggu sejak aku putus dari lmel.Dan sebisa mungkin aku
berusaha agar hari2ku terus sibuk,shg aku tak memiliki waktu untuk memikirkan
sakit hatiku pdnya.Ternyata bukan hal yg mudah.Krn tentu saja,ada waktu dmana
aku sendirian.Pd saat2 seperti itu,kilasan2 bayangan tentag imel melintas
diotakku.Tiap kali itu terjadi,selalu aku marah.Geram akan pengkhianatan
lmel.Apalagi jika teringat akan smua pengorbanan yg aku lakukan.Bukan hanya
waktu,tenaga atau kesabaran.Tp jg materi.
Entah sudah brp kali aku harus mengetatkan ikat pinggang/pinjam
uang agar aku bisa membelikannya sesuatu,atau sekedar kencan dan makan.Atau
nonton. Sebagai anak kost,aku memiliki kemampuan terbatas. Kiriman dari orang
tua memang tak pernah telat.Tp hal itu hanya cukup untuk biaya sekolah dan
hidupku disini.Kalo ingin nonton atau belanja,aku kudu pinter2 ngatur.Atau
nyari penghasilan tambahan.Bbrp kali dalam seminggu aku memberi les pd anak
sekolah.Penghasilannya lumayan.Tp saat bersama lmei,hampir setiap bulan saldo
bulananku minus.Tp hal itu dg senang hati kulakukan.
Tp skrng,sumpah aku gak ikhlas mengingatnya!
Aku sering misuh2 sendiri bila mengingatnya.Krn itu,aku
usahakan,sebisa mungkin aku tidak sendiri.Dan kalau sendiri,sebisa mungkin aku
melakukan sesuatu.
Seperti sore ini,aku tak ada kuliah dan sama sekali tak ada
kegiatan.Mau kerumah Randy,dia sekeluarga ada acara keluarga.Drpd bengong aku
putuskan untuk joging dilapangan Renon.Lumayan untuk cuci mata.
Setelah putar2 bbrp kali,aku duduk dipinggir lapangan,dibawah
sebatang pohon sembari melihat lihat.Ada sekelompok orang bermain sepak
bola.Bbrp tampak joging.Ada jg yg jalan2 dg membawa anjingnya.Ku lihat bbrp
keluarga asyik bermain bersama.
Jadi kangen ma yg dirumah,pikirku sedih.Aku berasal dari
Sidoarjo.Tak jauh dr daerah yg sekarang terendam lumpur Lapindo.Berasal dari
keluarga sederhana.Keluargaku memiliki sebuah rumah makan yg cukup
dikenal.Sore2 begini,biasanya aku bantu2 Bapak dan lbu dirumah makan.Hanya
sekedar jaga kasir,atau sesekali iseng masak di dapurnya.Atau kalau tidak,aku
gangguin adik cowokku yg biasanya asyik main PS dirumah.
Aku menghela nafas.Mungkin akhir bulan ini aku akan pulang
sebentar.
Lamunanku terputus saat seorang cowok tiba2 saja berbaring
direrumputan tak jauh dariku.Dadanya naik turun dg gerakan cepat,dan wajahnya
sedikit berkeringat.Sebenarnya aku tak terlalu peduli(ngapain coba ngecengin
cowok?),sampai aku melihat hidungnya. Cowok itu berwajah putih bersih dan
sedikit kemerahan setelah berlari.Dan disisi hidungnya,aku melihat sebuah tahi
lalat yg lngsng membuat sensor memoriku bereaksi.
Aku hanya mampu ternganga!
Apa bener dia?!
Cowok itu membuka matanya,dan menoleh kearahku. Sejenak dia
tersenyum."Bisa gantian beliin aku minuman?" tanyanya
santai,"Aku haus."
Aku sedikit tersentak,"Y-ya.Ten-tentu saja," sahutku
sedikit gugup dan cepat2 bangkit mencari ibu2 yg jualan air.Saat aku
kembali,cowok itu sudah duduk dg nafas yg teratur.
"Thanks,"katanya dan menyambut air mineral yg aku
ulurkan.Dia meneguknya,dan yg bikin aku heran,tanpa sadar aku memperhatikan
jakun dilehernya yg putih yg bergerak naik turun saat ia minum.Tanpa mampu
kutahan,aku menelan ludah!
Eh,lho?!Gw ngapain sih?!pikirku heran.
"Agung!"kata cowok itu dg tangan kanan terulur.Aku cuma
bengong bego melihatnya."Aku pernah bilang kalau aku akan memperkenalkan
diri kalau kita ketemu lg kan?Namaku Agung!"katanya lg menjelaskan.
Jadi bener dia! Ngapain gw bengong trs didepan dia sih?gerutuku
dalam hati.Kesal pd diriku sendiri dan cepat2 menyambut
ulurannya."Maaf.Dava!"kataku mencoba santai.
"Aku jarang melihatmu disini,"ujarnya.
Aku tersenyum kecut.Tidak disore hari,pikirku."Biasanya aku
olah raga disini dipagi hari krn aku kuliah siang," jawabku.
"Udayana?"tanyanya.
Aku hanya mengangguk.
"Jurusan?"
"Tehnik Sipil.Semester 3,"kataku lg sebelum dia bertanya.
Agung tergelak,"Pantas ga pernah ketemu.Aku Manejemen
Bisnis,semester 5"
"Kita sekampus?!"tanyaku heran.
"Yup!Dan kalau tak salah kita jg sama2 punya jadwal kuliah
siang,"tegasnya.
Huh?Dunia benar2 kecil rupanya,pikirku.Siapa sangka kalau kami
kuliah ditempat yg sama.Hanya beda jurusan dan level.Aku perhatikan dia
baik2.Kesan yg kutangkap malam itu ternyata tak jauh berbeda.Secara fisik,Agung
benar2 menarik.Tubuhnya tegap berisi dg kulit putih bersih dan. . .
.terawat!Profil dia lebih cocok jd model.Tampilannya bener2 modis dari ujung
kaki smp kepala.Bahkan handuk kecil yg ia selempangkan dileher pun memiliki
warna yg matching dg t-shirt birunya.Bener2 nyambung deh.Beda bngt ma aku yg
cuek dan seadanya.Kulit wajahnya jg mulus dan tampak sehat kemerahan.Apa semua
gay benar2 merawat diri dan seflamboyan ini?pikirku. Bahkan saat dia
berkeringat sprti skrng,aku bisa mencium bau parfum yg membuatku teringat akan
suasana segar daerah datran tinggi.Aku prnh dngr sdikit bgmn pedulinya kaum gay
akan penampilan mrk.Dan Agung,mungkin salah 1 contohnya.Tampilannya bener2 enak
diliat.Jangan2 orang pikir gw pembokatnya, batinku kecut.
"Jd. . . .gmn kabarmu?Feeling better?"tanya Agung membuat
buyar lamunanku.
Aku nyengir mendengarnya,"Baik kok.Terimakasih atas saranmu
tempo hari.Aku. . .ga bisa bayangin gmn keadaanku skrng kalo kita ga
ketemu.Thank u,"kataku pelan.
Agung kembali tersenyum dan mengibaskan tangannya, "Kamu jg
udah bantu aku kok.Malem itu,saat melihatmu aku sadar,kalau aku bukan satu2nya
orang yg sedang sakut hati.Bukannya aku seneng kalau kau
dikhianati,"tukasnya cepat,"Hanya saja hal itu mengingatkanku bahwa
dunia itu luas,hidup masih panjang.Jd konyol kalau aku ngerasa bahwa aku adalah
orang yg paling menderita diplanet ini.Aku jg harus berterimakasih pdmu."
"Hitung aja impas,"cengirku lg.
Agung tertawa.
Dan sore itu terlewati dg menyenangkan.Ngobrol dg Agung ternyata
asyik banget.Dia tahu banyak hal dan nyambung diajak ngobrol.Kami banyak
membahas tentang hubungan antara manusia.Agung jg tak segan mnjawab
pertanyaanku tentang homoseksual.Dia menjelaskan dg ringkas,sederhana dan ringan.Fakta
yg dia sampaikan sedikit membuatku tercengang akan banyaknya hal yg tak
ketahui.Menurut Agung banyak jg anak Udayana yg gay.Bbrp diantaranya bahkan
orang2 yg dlm pandanganku terlihat sngt str8t.Tp ternyata sudah come out as
gay.
Aku memang sdikit tahu kalau ada gay bar di Bali.Tp seumur umur aku
belum pernah kesana.Dan tak ingin kesana.Mungkin benar apa yg Randy bilang
kalau aku orang yg acuh.Aku memang tak begitu peduli pd hal yg tak berhubungan
dg ku.Krn kupikir selama mrk tak merugikanku/orang2 disekitarku,aku tak mau
ambil pusing.Lagipula ngapain aku ngurus urusan orang lain sementara hidupku
sndiri belum beres.
Lucunya Agung mengaku kalau dia tidak pernah memiliki hubungan dg
salah satu anak kampus.Too complicated, alasannya.Bahkan anak2 kampus yg ia
tahu gay,jg tak pernah dia akrabi.Hanya sekedar kenal dan say hi.Dg kata
lain,dia belom pernah memproklamirkan diri sbg gay dikampus.Bbrp orang mungkin
tahu,tp yg jelas dia tak ingin kehidupan pribadinya mempengaruhi tempat ia
belajar.Pernah ada bbrp orang yg mencoba mendekatinya. Tp Agung tdk
menanggapi.Seperti yg ia bilang,too complicated.
Tak terasa,sore itu mulai menggelap.Kami pun beranjak untuk
pulang,dan berjanji untuk joging bareng esok pagi.
IV
Tapi sialnya,pagi itu maag ku kambuh!
Sejak bangun tidur perutku mulas gak karuan. Kemaren,sejak siang,
tdk makan.Jd efeknya baru terasa.Jd aku segera mengisi perut dan minum obat
lalu tidur2an. Namun mau tak mau aku jd kepikiran soal Agung.Jgn2 dia mikir yg
enggak2 lg.Kami udah janjian tp aku tak datang.Aku gak pengen dia berpikir yg
salah.Kalau saja aku tahu no hp nya,aku bisa kirim pesan.
Sial!
Akhirnya aku memutuskan untuk mencarinya dikampus siang nanti dan
memberikan penjelasan.
Aku meminta Randy untk menjemputku di kost an krn sprtinya aku tak
mungkin membawa motorku.Perutku masih terasa melilit.
"Knp Va?Muka lo agak pucat?"tanyanya khawatir saat kami
melaju ke arah kampus.
"Maag gw kambuh,"sahutku sdikit meringis.
Randy mendecak kesal."Pasti lupa makan lagi.Ngapain aja sih
kmrn?Kebiasaan lo.Trs knp gak istirahat aja di kostan?Udah minum
obat?"tanyanya.
"Udah Maaaaak!Gw ada perlu ma seseorang.Eh anak jurusan
manejemen bisnis ntar ada jadwal ga?Lo tau gedungnya?"tanyaku.
"Gak tau sih.Tp gw punya kenalan anak bisnis semester lima.Mau
gw tanyain?"
"Hah?!Yg bener?Kebetulan bgt!Orang yg gw cari jg semester
5.Siapa Ran?"
"Anak temen Bokap gw.Ntar gw telepon!"kata Randy dan
membelokkan mobil,masuk kekampus.
Aku celingukan melihat orang2 disekitarku,tp tak kutemukan sosok
Agung.Randy yg tdnya mau nemenin malah dipanggil sama anak2 klub fotografi.Ntah
apa yg mrk ingnkan.Jd drpd nunggu bengong,aku putuskan untuk pergi sendiri.Dan
berjanji pd Randy untuk meneleponnya kalau urusanku beres.Kuliahku sendiri
sudah selesai.Kalau gak salah ini gedungnya.Mana sih tuh anak,gerundengku dalam
hati krn belum menemukan sosok Agung.
"Eh Mas,maaf.Kenal sama Agung ga?"tanyaku pd seorang
cowok yg melintas didepanku.Cowok berkaca mata itu berhenti dan memandangku
sejenak.
"Agung siapa ya?"tanyanya dg logat Bali yg kental.
"Waduh,ga tau tuh Mas.Pokoknya namanya Agung anak bisnis
semester 5,"jelasku lg.
"Kalo cuman namanya Agung,banyak.Apa lg anak Bali.Tp kalo yg
semestdr 5. . . .,coba liat digedung yg ujung itu.Mungkin saja ada"katanya
menunjuk pd gedung paling ujung sebelah kanan.
"Makasih Mas,"kataku dan cepat2 ngeloyor pergi.
Ruangan itu hanya terisi oleh bbrp orang.Sepertinya kuliahnya sudah
selesai krn suasananya terlihat santai.Bbrp orang tampak berdiskusi.Dan aku
hampir saja tak melihat sosok yg duduk menyendiri dipojok ruangan. Agung tengah
konsen mencatat sesuatu dibukunya.
Cepat aku menghampiri,"Hai. . . .,"sapaku.
Agung mengangkat muka dan sedikit kaget saat melihatku.Dia
membetulkan letak kacamata nya.Dan kembali aku salut atas penampilannya.Nih
orang pantesnya emang jd model aja.Kacamata yg ia pakai membuatnya terlihat
lebih kalem dan bergaya."Ada apa?" tanyanya tak menutupi
keheranannya.
"Aku mau minta maaf.Td pagi,maag ku kambuh.Jd. . . aku gak
bisa menuhin janji buat joging bareng,"kataku.
Sejenak dia cuma tertegun menatapku,"Skrng
gmn?Enakan?"tanyanya.
"Mendingan.Aku cm sedikit kepikiran td.Takutnya kamu mikir aku
ga datang krn. . .,"aku tak meneruskan kalimatku.
Agung tertawa kecil,"Sempet kepikiran jg sih!Kukira kau
ketakutan"
Aku meringis,"Enggak lah!"
"Kamu sudah maka siang?"tanya Agung seraya membereskan
buku2nya.
"Belum sih,tp. . . ,"
"Ku traktir.Ayo. . .,"ajaknya dan mendahuluiku.Aku yg
semula ragu akhirnya mengikutinya.
Agung berhenti disalah satu kantin yg berada di belakang gedung
kelasnya.Jelas dia sudah sering kesana,krn sang pemilik kantin itu menyapanya
dg akrab.Aku belul pernah ke tempat ini.Krn dekat gedung fakultasku jg ada bbrp
kantin yg berderet.Sepertinya sih masakannya ga beda jauh jenis2nya.
"Kamu ambil aja apa yg kamu mau.Disini self service,"ujar
Agung dan langsung mengambil sebuah piring.
Aku kembali mengikutinya,dan akhirnya memilih bbrp masakan yg
mengundang seleraku.Kami duduk didekat pintu masuk.Dan suara klakson sebuah
mobil membuatku inget akan Randy.Jd kukeluarkan ponselku dan mengirimkan
pesan.Bertanya kira2 brp lama lg dia akan selesai.
"Kamu udah punya janji?"tanya Agung memandangku.
"Enggak!Cuman,hari ini aku nebeng temenku.Dia td dipanggil
temennya dr klub fotografi.Cuman nanya kira2 brp lama lg dia akan
selesai,"jawabku.Tak brp lama jawaban Randy kuterima.Intinya dia masih
belum tahu kpn dia akan selesai.
"Gmn?"
"Dia gak tahu kapan.Sepertinya aku masih punya banyak
waktu,"ujarku sedikit menggerutu dan kembali menyantap makananku.
"Untung aku dong,"cengir Agung yg kubalas dg
senyuman.Kami makan sambil sesekali ngobrol.Yg bikin aku tengsin,ditengah
tengah asyiknya kami ngobrol,tiba-tiba saja perutku bunyi.Alis Agung terangkat
sebelah.
"Maaf. . .,"pintaku,"Sepertinya perutku belum siap
menerima makanan berat,"kataku.
"Ya ampun!Knp ga blng?"sergah Agung.
"Ga papa kok Gung.Eehmmm. . .ada wc ga?"tanyaku
lg,meringis.
Agung segera bangkit dan bertanya pd pemilik kantin. Beliau
membolehkanku untuk langsung ke belakang. Setelah mengucapkan terimakasih,aku
langsung aja menghambur.
Pheeeeeeww. . .!
Aku menghela napas lega setelah aku bisa nangkring di toilet.Bener2
ga keren deh.Masa asyik2nya ditraktir ma Agung,perutku berontak.Malu2in
aja!Dalam hati aku ngedumel.Bbrp saat kemudian kudengar suara Agung yg
megatakan bahwa dia telah membeli obat untukku.Aku cuma mampu nyengir dan
mengucapkan terimakasih.
Yang membuatku heran,setelah itu kudengar Agung bercakap2 dg
seseorang dg nada yg kaget dan marah!Aku mencoba mendengarkan dg seksama.Tp mrk
berbicara dg nada tertahan.Aku masih bisa menangkap kesan marah dlm percakapan
mrk.Sepertinya mrk sedang adu argumen tentang sesuatu.
Aku cepat2 menyelesaikan hajatku dan keluar.Kudengar suara Agung yg
sedang berbicara dg seseorang dg nada tegang dari arah samping.Mrk bicara
dibelakang kantin. Aku mendekat ke pintu belakang untuk melihatnya.Kali aja
Agung butuh bantuanku.
Kulihat dia sedang ngobrol dg seorang lelaki yg mengenakan
jas.Sepertinya seorang pekerja kantoran. Laki2 itu memegang tangan kanan Agung.
"Lepasin!"sergah Agung marah dan coba menarik lepas
tangannya.Tp laki2 itu menahannya.
"Jgn kekanak kanakan Gung!Knp sih kamu ga bisa rileks
aja.Steve itu bukan siapa2.Kami cuma rekan kerja.Dia berada disini hanya untuk
satu minggu.Dan aku yg harus menemaninya disini.Krn itu aku gak ada waktu buat
jalan dgmu.Kamu kudu ngerti dong!Itu kan tugas kantor!"kata lelaki itu
mencoba membujuk.
"Rekan kerja?"tanya Agung dg nada sinis.
"Iya.Gak lebih.Sekarang dia udah balik ke Australia.Tugasku
sudah selesai,dan kita bisa santai lg.Jangan marah dong,ya?"pintanya lg.
Agung mendengus keras."Jangan pikir aku terlalu bodoh An!Aku
tahu apa hubungan kalian!"desis Agung marah.
"Maksudmu?!"
"Aku melihatmu di Deja Vu malam itu!"kata Agung
dingin.Aku yg mendengar langsung paham siapa lelaki berpakaian rapi itu.
"Yeah,so?Aku hanya menemaninya untuk sdikit menghiburnya.Wajar
kan?Dia tamu disini."
"Apa menciumnya jg termasuk caramu menghibur?"selaku yg
tak tahan mendengar lelaki tengil itu.
Mrk sedikit terkejut dg kemunculanku.Agung sndiri kembali mencoba
menarik lepas tangannya,tp lelaki itu tetap menahannya.
"Apa maksudmu?Siapa kau?"tanyanya tajam.
"Kalau kau tahu diri,kau akan segera pergi dari
sini,"kataku sinis."Malam itu,Agung melihatmu berciuman dg orang yg
kau bilang rekan kerjamu td.Dia melihat semuanya," kata ku datar.
Raut wajah lelaki itu sedikit berubah.Cepat dia berpaling pd
Agung,"Gung,hal itu ga berarti apa2.Aku gak ada hubungan dg Steve.Aku
sayang ma kamu!"katanya.
"Andhika!Aku gak peduli kamu ada hubungan apa dg si Steve
itu.Krn aku sudah putuskan untuk tidak berhubungan dgmu lg.Jd terserah kamu mau
ngapain.Aku gak mau tahu.Lepasin tanganmu!!"kata Agung keras.
"Gung,kamu dengar dulu!Aku sayang sama kamu!"
"Lepaskan Agung!"perintahku dingin.Dr td si Andhika ini
benar2 membuatku gemas ingin memukulnya.
"Kau!!Pergi dari sini.Ini antara aku dan Agung.Kamu gak ada
urusan disini!"
Dg gemas aku melayangkan tinjuku pdnya!Dia jatuh tersungkur shingga
pegangannya pada Agung terlepas.Dg cepat aku menarik Agung,memeluknya dg sikap
posesif.
"Sekarang jd urusanku.Krn Agung adalah milikku.Kamu gak pantas
untuknya!Pergi dari sini sekarang,atau kau akan langsung mampir ke rumah sakit
bgt kau keluar dari tempat ini!"ancamku dan menatapnya tajam!
Untuk sesaat dia hanya mampu terperangah memandang kami
berdua."Kalian. . . .?"
"Ya!Sekarang Agung milikku,"kataku dan menarik pinggang
Agung untuk lebih mendekat pdku,"Jd cepat tinggalkan tempat ini!!"
Andhika bangkit dan menatap Agung"Hanya dalam waktu seminggu
kau sudah melupakanku?"tuntutnya pd Agung.
"Kau tidak layak untuk dipikirkan Andhika!"serobotku
kesal,"Agung cukup pintar untuk mengerti bahwa memikirkanmu,hanya akan
membuang-buang waktu dan energi!"
Wajah Andhika makin memerah.Dia meludah!Kemudian dg cepat dia
berlalu dg gerutuan kesal.
Begitu dia pergi,aku segera melepas peganganku pd Agung dan sedikit
menjauh."Maaf!Tp . . . . aku tak tahan melihatnya!"kataku.Agung tak
menjawab.Kulihat dia hanya mampu terpaku diam membuatku tersipu.Mungkin aku td
keterlaluan,pikirku.
"Aku tak percaya kau melakukannya,"gumam Agung pelan.
"Maaf.Aku td bertindak impulsif dan. . .,"kalimatku
terpotong oleh tawa keras Agung.Jelas aku bengong dg reaksi anehnya.Dia tertawa
begitu keras sampai tubuhnya terbungkuk bungkuk.
"Apa?"tanyaku bingung.
Agung mengusap sudut matanya,masih terkekeh."Kamu liat gak
tadi mukanya?!Benar2 menggelikan!Aku benar2 tak percaya kau mengaku kalo kita
sudah jadian."
Aku meringis kecut,"Hanya itu yg terpikir olehku!"kataku.
Agung cuma menggeleng dan kembali tertawa kecil."Thank
you."
Aku mengibaskan tanganku,"You've helped me first,"kataku
cepat."Ga usah dibahas lg!"
Agung tersenyum,"Oh ya.Obatmu!Cepat minum!"kata Agung dan
mengangsurkan sebotol obat maag untukku.
"Thanks,"kataku dan menerimanya.
"Belum ada kabar dr temenmu?"tanya Agung yg kujawab dg gelengan."Mau
ku antar?"tawarnya.
Sejenak aku menimbangnya dan akhirnya mengangkat bahu.Why
not?!Agung tersenyum dan memberiku tanda untuk mengikutinya.Begitu didalam,kami
disambut oleh Bapak pemilik kantin.
"Mas Agung gak papa?Td kami dengar suaranya!"kata beliau.
DEGH!!
Hatiku langsung mencelos!Aku menatap ke wajah2 di sekelilingku yg
menatap aku dan Agung dg tatapan aneh. Sial!!Apa mrk td mendengar apa yg
kukatakan?pikirku panik.Jangan2 mrk berpikir kalau aku dan Agung. . . . .
Aku tak mau memikirkan kelanjutan dari kalimatku td.
"Kami nggak papa Pak.Saya pulang dulu.Va?"ajak Agung dan
berlalu dg cepat.Aku buru2 mengikutinya.
V
Untuk bbrp lama,kami melaju dg mobil sedan Agung dlm diam. Baik
aku/Agung sama2 sibuk dg pikiran kami masing2.Kejadian td benar2 diluar
dugaan.Siapa jg yg nyangka kalo player tengil Andhika berani muncul di
kampus.Aku sdikit menyesalkan hal itu,krn aku tahu kalau Agung belum officially
come out sbg gay dilingkungan kampus.Dg kejadian tadi,sepertinya dia sudah
memproklamirkan dirinya scara tidak langsung.
"Kamu. . . .nggak apa-apa?"tanyaku pelan.
"Huh. . ..?Apa?"tanya Agung balik.
"Kamu. . . .gak apa2 dg kejadian td?Sepertinya sbntr lg, semua
orang dikampus akan tahu kalau kau. . .gay," kataku pelan.
Agung diam.
"Kamu mungkin gak bakalan sedamai kmrn2 lg.Si sialan Andhika.
. .,"
"Knp kamu malah musingin aku?"tanya Agung bingung.
"Lho,kan kamu sndiri yg blng kalau kamu ga come out dikampus
krn kamu gak suka kalo urusan pribadimu terusik disana!"
Untuk sejenak Agung hanya menatapku tak percaya. Kemudian dia malah
tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya."Apakah kamu selalu lebih
perduli dg orang lain drpd kepentinganmu sndiri?"gumamnya heran.
"Bukankah sebaiknya kau harus lebih peduli akan reputasimu?Dava,kau sadar
kalau td,kau dg lantang mengatakan bahwa kita sudah jadian?!"
Ganti aku yg terbungkam.
"Kalau toh nantinya anak2 kampus tahu bahwa aku gay,itu memang
sesuai dg fakta.Tapi kamu. . . . ."Agung tak meneruskan kalimatnya.
Aku tak memikirkan kemungkinan itu.Td aku hanya ingin menyingkirkan
Andhika.Aku hanya tahu kalau aku harus membantu Agung.Sama sekali tdk terfikir
kalau nantinya orang2 akan menganggapku sbg pacar Agung.Aku menggaruk kepalaku
yg tidak gatal."lya jg.Td aku bilang kalau kita jalan ya?"gumamku
bego.
"Ap` yg harus kita lakukan nanti untuk mengembalikan nama
baikmu?"ujar Agung dg nada ngambang.
Aku tak bs menjawabnya.Aku sudah pernah digosipkan bbrp kali.Dan
kebayakan aku tahu bgmn menghadapinya. Tp kalau dikabarkan sbg penyuka sesama
jenis,itu hal yg baru bg ku.Akhirnya aku cuma mendesah,"Sudahlah!Ga usah
dipikir,"putusku.
"Maksudnya?"tanya Agung dg sebelah alis terangkat.
"Biar saja kalau memang ada yg menggosipkan sprti itu. Aku gak
mau ambil pusing.Orang2 yg mengenalku pasti tahu kalau hal itu tak benar.Males
pusing2,"gerutuku.
Agung diam sejenak,"Kalau kau yakin,"putus Agung
akhirnya.
VI
Gosip itu ternyata benar2 menyebar dg cepat.Yg pertama kelabakan
tentu saja Randy.Dia langsung menyeretku begitu aku muncul dikelas.Kukatakan pd
nya kalau aku cuma membantu Agung yg dikejar-kejar oleh gay sinting bernama
Andhika.Bahwa semua yg terjadi kemarin hanya sandiwara untuk membebaskan
Agung.Randy percaya pdku tanpa perlu kuyakinkan dua kali.
Tp kejutan yg tak mengenakkan adalah ketika aku kembali kekelas,dan
dihadang oleh lmelda.
"Katakan itu tidak benar?"tuntutnya langsung membuatku
mendengus keras.
"Nggak penting!"tukasku cepat dan melewatinya.Tp lmel
menangkap tanganku dan menyentakkannya dg kuat shg aku kembali berbalik
menghadapnya.
"Emang kamu gak bisa mikir dg bener ya?Segitu hebatnya sakit
hatimu sampe2 kamu memutuskan buat pindah orientasi seks?!"cerocosnya
keras.
Aku sampe ternganga saking terperangahnya.Anjing!Pede amat dia!Jd
dia pikir aku jd gay hanya gara2 dia selingkuh?! BUSYET!!Aku sudah hendak
nyolot saat kudengar suara derap kaki mendekat.
"DAVA!"panggilan Agung langsung terbungkam saat dia
melihat kami yg berdiri dg tegang.Hanya butuh bbrp detik baginya untuk tahu
kalau dia datang pd saat yg tdk tepat.
"Dia kan?!"tuntut lmelda dg suara keras."Dia yg
bernama Agung,pacarmu skrng?!Apa otakmu sudah gak beres?!"
"Maaf.Tolong dengar. . . ,"
"YA!!!"teriakku keras memotong kalimat Agung. Kemarahanku
menggelegak dg keras krn perkataan imelda yg menusuk."Dia yg bernama Agung
yg kemarin aku sebut sbg pacarku.Dan aku LEBIH MEMILIH DIA drpd cewek sialan
tak tahu diri sepertimu.PAHAM?!Dan apa yg kulakukan dg hidupku,BUKAN
URUSANMU!!!Urus saja dirimu sendiri!"teriakku dg murka.Lalu dg kesal aku
berbalik mendekat ke Agung dan meraih tangannya."Ayo!Kita
pergi!"ajakku dan menyeretnya untuk mengikutiku.
"Tapi Va?!"
Aku tak memperdulikannya dan trs menariknya.Telingaku berdenging
saking marahnya.Aku benar2 hrs menjauh dari tempat ini,krn aku yakin,kalau
tidak,aku akan melakukan sesuatu yg akan kusesali.Jd lebih baik aku pergi.Aku
trs menyeret Agung yg paham untuk tidak menyelaku.Dia menurut saja,mengikutiku
ke arah kantin.Ada bbrp orang yg kami lewati tampak memperhatikan kami.Aku tak
memperdulikannya.
Tp hari ini sepertinya aku benar2 sial.Sebelum aku mencapai
kantin,aku berpapasan dg cowok yg kutemukan telanjang diranjang bareng
imelda.Dia memandangku dg sinis.
"Wah. . . jd benar?!Kau sudah jd bencong skrng.Pake gandeng
tangan segala,"sindirnya dg senyum tengil.Bbrp orang yg disekitar kami jd
tertarik mendengarnya sehingga mereka mulai memperhatikan kami.Kuharap dia
segera diam,krn skrng ini aku benar2 diambang batas kesabaranku.
"Tutup mulut dan pergi!"desisku tajam.
"Ups!Sorry!Eh kalau mau,aku kenalin sama temen cowokku yg.
."
Aku sudah berteriak keras dan menghambur untuk menghajarnya.
Benar2 menyenangkan!Ketika bogem,tendangan dan sikutanku
menghantamnya terasa sungguh nikmat.Dia tentu saja melawan,tp aku hampir-hampir
tidak merasakan pukulannya.Dg gemas trs kulayangkan pukulanku.Agung mencoba
untuk menghentikanku.Tp dg mudah aku dorong minggir.Aku hampir tak menyadari
apa yg terjadi setelah itu.Yg jelas tubuh ku ditahan oleh bbrp orang dan aku
diseret pergi meski aku sudah berontak sekuat tenaga krn kulihat cowok itu
masih sanggup bergerak.
Aku sedikit berdesis saat Agung meneteskan obat itu ke buku2 jariku
yg sedikit berdarah.Dia tak memperdulikanku.Malah seperti dg sengaja
menekan-nekan kapas itu dg kuat ke lukaku.
"Kamu sebenernya mau mengobati atau nyakitin aku
sih?!"gerutuku kesal.
"Nyakitin!Biar kamu sadar!"sahutnya cuek sembari
menotolkan kapas itu kesudut bibirku luka.Aku berteriak kecil saking perihnya.
"Sakit!"raungku dan menelengkan muka saat ia kembali hendak
melakukannya.
"Lho?Udah bisa ngerasain?Ga kesetanan lg?"tanyanya cuek
seraya menotolkan kembali kapas basah itu dan dg sengaja menekannya dg
keras.Karuan saja aku kembali meraung kesakitan.
"Kelihatan banget ga niat bantuin.Sini!Biar aku sendiri"gerutuku.
"Jangan bergerak!"bentak Agung dan dg cuek kembali
mengobatiku."Kamu seneng bikin heboh.Untung aja pihak kampus cuma
memberimu peringatan krn banyak saksi yg mendukungmu.Krn kalau enggak,kamu bisa
dikeluarkan,"omelnya.
Aku tertawa kecil,"Yeah!Aku beruntung.Siapa sangka kalau cowok
tengil itu ternyata tidak begitu disukai.Jd orang2 lebih suka
mendukungku,"cengirku senang.
"Itu gak berarti kamu boleh menghajarnya!"bentak Agung lg
dan memukul luka ditanganku,membuatku meringis kesakitan.
"Hei!Aku sudah memintanya diam.Dia aja yg suka bikin
gara2!"dengusku kesal.
Agung menghela nafas."Takutnya skrng orang2 dikampus akan
makin membicarakanmu.Ingat kalau td kau menyeretku?Dan fakta bahwa kau
menghajar cowok td krn dia menghinamu sbg seorang gay?Sepertinya kau sudah
memberi sdikit bukti tambahan kalau memang ada apa2 diantara kita,"gerutu
Agung sembari menempelkan pembalut luka ditanganku.
"Kalau untuk teman2 dikelas td sih,sudah gak ada masalah!Aku
sudah mejelaskan ke mereka"
Celetukan itu berasal dari pintu kamar kostku.Randy nyengir dan
masuk lalu menggeleng,mendecak melihat luka2ku.Kulihat dia membawa sebuah
bungkusan plastik besar.
"Keren nggak?!"tanyaku bangga."Udah lama lho gw ga
punya luka gara2 berantem,"selorohku lg tp langsung berjingkat kaget saat
Agung kembali menempelkan plester ke
lukaku disertai pukulan ringan.
Randy tertawa kecil."Td si lmel nangis lho!"lapornya dan
duduk disebelah pembaringan.
Aku mendengus."Jelas aja!Cowoknya gw hajar,"kataku cuek.
Sesaat Agung dan Randy tampak kaget.
Aku cuma tersenyum."Dia cowok yg gw temuin seranjang ma si
Imel!"jelasku lg.
"Pantes. . .,"gumam Randy setelah terdiam bbrp saat.
"Ga heran kamu kesetanan!"gerutu Agung sembari
membereskan obat2an.
"Eh maaf.Kita belom kenalan.Randy!"kata temenku itu dan
mengangsurkan tangan.
Agung tersenyum."Agung!"jwbnya.
Pemahaman segera muncul diwajah Randy,"Ooooh. . . pantes kamu
dikejar-kejar ma cowok gay sinting itu.Kamu terlalu cakep dan kelimis
sih,"gumamnya pelan.Karuan aja aku ngakak mendengarnya.Agung hanya mampu
mesem sedikit tersipu dan memandangku heran.
"Aku emang sedikit ngejelasin sama Randy soal aku bantu kamu
nyingkirin si Andhika sinting itu,"jelasku.Agung hanya mengangguk tanda
mengerti.
"Lo ga butuh apa2?"tanya Randy.
Aku menggeleng."Thanks Bro."
"Ya udah gw cabut dulu.Nih gw bawain makan ma
buah2an.Gung,sorry.Tp gw cuma bawa nasinya satu bungkus," kata Randy.
Agung tersenyum,"Nggak papa!"
"Ya udah.Gw cabut mo nganter nyokap!"pamit Randy.
"Sip.Thanks!Salam aja n jangan bilang ke beliau kalo gw habis
berantem ya?"kataku.
"Knp?Takut diomelin?"goda Randy yg ku jawab dg
cengiran."Besok gw jemput?"
"Ga usah Ran.Biar aku aja yg jemput Dava!"ujar Agung yg
sedang membuka nasi bungkus yg dibawa Randy."Hitung2 balas
jasa!"imbuhnya lg.
"Ok deh!"sahut Randy dan pergi.
"Sebenernya ga perlu Gung,"kataku pdnya yg beranjak
mengambil sendok dan piring.
"Gak papa Va.Ayo makan!"katanya dan mengulurkan sendok
untuk menyuapiku.Jelas aja aku bengong.
"Biar aku makan sendiri deh!"kataku.
"Tanganmu masih kaku baru diplester.Nurut aja knp
sih?Lagian,kita kan udah jadian?"goda Agung nyengir.
"Sinting!"gerutuku yg akhirnya menurut dan membuka mulut
untuk ia suapi.
VII
Sejak itu hubunganku dg Agung makin erat.Aku nyaman dan senang
bersamanya.Hampir tiap hari kami berangkat dan pulang bersama.Kadang2 bertiga
bareng Randy.Dg Agung aku bs merasa nyaman meski kadang dia bisa jd sdikit
cerewet.Apa lagi kalau melihat kamar kostku pas berantakan.Buku bertebaran.Kaos
kotor dimana mana. Atau peralatan makan yg menumpuk belum kucuci. Dia pasti
ngamuk.Ngomel2 sembari membereskannya. Anehnya aku senang melihatnya.Senang
mendengarnya ngomel tentang betapa jorok n berantakannya aku.Malah kadang ku
sengaja.Kalau tahu dia mau datang,kamar kost aku bikin jadi berantakan meski
tadinya rapi.Sepatu ma kaos kaki aku lempar.Baju yg udah terlipat rapi dilemari
aku keluarin.Atau buku2 yg sengaja aku gerantakin.Dan tentu saja,saat dia
datang dia lngsng ngamuk sembari beres2.Lucu bgt melihatnya.
Kadang kami pergi jalan-jalan atau nonton bareng.Atau bertiga
bareng Randy.Sesekali berempat bareng Wina.Cewek Randy.Mereka baru aja
jadian.Suka bikin sirik krn sering banget Randy seolah olah pamer kemesraan
didepan kami berdua.Tapi aku tak mau kalah.
Saat mereka berdua bergandengan tangan,aku langsung menggandeng
tangan Agung dan beraksi tak kalah mesra didepan mrk.Kalo pas makan
bareng,Randy suka main suap2an sama Wina.Dg cuek aku minta disuapin jg sama
Agung.Tp pernah dg sengaja Randy mencium kening Wina didepan kami,lalu menoleh
pdku dan Agung, menantang kami untuk melakukannya.Jelas aja aku misuh2 krn gak
mungkin aku mencium Agung.Tp Agung dg cuek langsung mencium pipiku dg suara
cipokan keras. Sontan aku ngamuk smntara Wina dan Randy ngakak.
Dalam keadaan biasa,mungkin aku bakal iri pd Randy dan Wina.Tp
bersama Agung,aku merasa baik2 saja.Dia melengkapi kekurangan yg aku rasakan.
Dan aku jg semakin mengenal dan memahami Agung.Dia anak ketiga
dalam keluarganya.Dua kakaknya,satu cowok dan cewek, telah menikah dan tinggal
sendiri bersama pasangan mrk.Ayah Agung seorang Dokter ahli bedah yg cukup
terkenal disini.Smntara ibunya seorang ahli kandungan.Dua kakaknya jg Dokter.Cm
Agung aja yg jd pemberontak,gak mau ikutan kuliah kedokteran dan lebih memilih
belajar dunia bisnis.
Kedua orang tua Agung adalah orang2 sibuk.Tak jarang mrk pergi
keluar kota selama bbrp hari.Rumah Agung yg besar lebih sering sepi.Krn itu dia
sering main bareng aku dan Randy.Gak jarang dia jd males pulang.Kadang dia
lebih sering menghabiskan waktu dikostan ku sampe malem.Dan baru pulang saat
dia mulai ngantuk.Aku pernah bbrp kali bertemu dg ortu nya.Dan mrk benar2 orang
yg baik.Mrk sangat menyayangi Agung.Tp krn kesibukan,mrk jarang sekali bs
menemaninya.Mrk bilang kalau mrk senang aku bs berteman dg Agung.Krn sejak
kedua kakaknya menikah,Agung jd super kesepian.
"Jd liburan ini kamu balik Va?"tanya Agung yg sedang
tiduran di kasur.
"Yup.2 hari lg aku berangkat.Kangen Gung sama orang
rumah,"jawabku tanpa megalihkan mataku dari layar laptop ku."Aku udah
beres packing kok.Motorku jg udah aku titipin ke rumah Randy,"sambungku.
"Oleh2nya jangan lupa ya?"kata Agung.
"Sip lah.Ntar sms aja kamu mau dibawain apa,"jawabku.
"Ikut aku yuk?!"ajak Agung yg tiba2 saja telah berdiri
disampingku.
"Kemana?Aku capek Gung"katakuku dan segera log out.
"Kerumah.Sekalian kamu ambil buah2an yg bisa kamu pake buat
bekal pulang ntar."
"Tante sama Oom keluar kota lg?"tanyaku dan mengambil
jaketku.Jaket yg sama yg ia berikan saat pertama kali kami bertemu.
"Udah dari kemaren,"jawab Agung singkat.
Tak lama kami meluncur menuju rumah Agung yg berada tak jauh dari
lapangan Renon.Sebuah kompleks perumahan elit yg bbrp penghuninya adalah orang2
asing.Seperti biasa,rumah Agung yg megah tampak sunyi. Dua orang satpam yg
berjaga segera membuka pagar untuk kami."Kamu langsung kekamar.Aku mau
minta Bibi buat bikin jus jeruk,"kata Agung.
"Eh Gung,kalau boleh sekalian aku mau mandi ma air hangat
ya?Kayaknya enak tuh buat ngilangin capek"ujarku yg tiba2 punya ide.
"Kalo gitu sekalian nginep aja ya?"tawar Agung saat kami
naik ke lantai dua menuju kamarnya.
"Eeeeeeuuhh. . . . aku gak bawa baju ganti Gung,"kataku
sedikit beralasan.Meskipun kami akrab,belum pernah sekalipun aku menginap
dirumahnya.Aku selalu menolak saat diajak,meski yg menawari itu Oom dan
Tante,ortu nya Agung.Ngeper aja.Serasa rakyat jelata yg diundang nginep di
istana.Dan lg mrk beragama Hindu.Yg nota bene dlm ajaran mrk ada tingkatan2
kasta.Aku gak tau gmn mrk memandangku,tp aku sendiri merasa berada dalam kasta
dibawahnya.Minder abis lah!
"Ck. . . . kebiasaan deh.Pake bajuku kan bisa.Pokoknya malem
ini kamu nginep.Jangan kuatir,aku bakal jd host yg baik,"putus Agung.Dan
bgt kami masuk kekamarnya,dia lngsng menuju closet besarnya.Dia mengeluarkan
satu stel piyama yg terbuat dari katun.
"Kamu pake ini aja buat tidur.Jadi mandi pake air anget?"
tanyanya.
"Iyalah!"kataku dan mengambil piyama itu.Nanti aku akan
langsung ganti baju dikamar mandi.Aku tak pernah ganti baju didepan Agung.Gak
enak aja,apa lg dg fakta bahwa dia gay.Agung sndiri tak pernah menanyakan hal itu.Jd
kurasa dia mengerti.
"Ya udah.Aku ke bawah dulu.Kamu mau jus jeruk atau susu
aja?Kalo pengen tidur nyenyak,susu lebih bagus," tawar Agung.
"Boleh deh," sahutku nyengir dan langsung nyelonong ke
kamar mandi.
Mandi air hangat benar2 membuatku nyaman.Otot2 ku yg serasa sdikit
tegang krn ujian bbrp hari kmrn jadi sedikit rileks.Kemewahan sprti ini tak
bisa kudapatkan di kost an murahku.Mau capek kek,hawa dingin kek,panas
kek,mandinya tetep aja pake air yg ada di kamar mandi itu. Mana mau induk
semangku memasang water heater.Jd kesempatan kali ini mau aku gunakan
sebaik-baiknya. Entah sudah brp lama aku berada di dalam.Saat merasa cukup
puas,`ku segera keluar dr shower dan mngeringkan tubuhku dg handuk yg kuambil
dari lemari kecil disebelah wastafel.Piyama Agung sdikit kegedean untukku.
Saat keluar kamar,aku sedikit kaget saat menemukan Agung yg sedang
santai duduk diujung pembaringan seraya mengusap kepalanya yg basah dg
handuk.Apa lagi saat itu dia hanya memakai celana tidurnya saja.Dadanya yg
terbuka tampak penuh dan tegap.Kulitnya yg putih mulus membuat dua lingkaran
merah didadanya terlihat jelas.Dua lingkaran merah itu tampak bergerak naik
turun saat dia menarik nafas.Tanpa sadar aku menelan ludah. Dan tiba2 saja aku
tersipu dan langsung membuang pandanganku ke arah layar plasma yg sedang
menayangkan sebuah video musik.EDAN!!!batinku. Ngapain coba aku sampe nelen
ludah melihatnya?!
"Busyet deh!Betah amat didalam,"sindir Agung.
"Kesempatan!"jawabku,"Kan jarang2an aku bisa mandi
pake air anget,"sambungku lg dan duduk diujung bawah tempat tidur Agung yg
gede.Mencoba berada sejauh mungkin darinya.
"Susumu sampe dingin.Minum,"kata Agung sudah ada
disebelahku dan mengangsurkan segelas susu.
Aku menerima susu itu tanpa melihatnya dan langsung
menandaskannya.Agung sendiri melangkah ke meja riasnya.Gak tau mau ngambil
apa.Knp dia ga pake baju sih? gerundengku dlm hati.Mataku masih tertancap pd
layar tv yg sedang menayangkan salah satu klip lama dari Lauryn Hill,can't take
my eyes on you.
"Sini Va!"pinta Agung yg sudah kembali duduk ditempatnya
td.Dia menepuk pahanya yg dialasi handuk. Ada sebuah botol di tangan kanannya.
"Mau ngapain?!"tanyaku heran.
"Katanya mau rileks.Nurut aja deh.Berbaring dan kepalanya
taruh disini,"katanya dan kembali menepuk paha.
"Itu apaan?"tanyaku menunjuk botol yg dipegangnya.
"Aku mau kamu dandanin ya?"tuduhku.
"Dasar sarap!"maki Agung kesel."Ini namanya hair
tonic.Cepet!"sergah Agung sdikit jengkel.
Dg ogah2an aku menurutinya.Kuletakkan kepalaku dipangkuannya dan
berbaring telentang."Knp ga pake baju sih?"gerundengku dan kembali
memalingkan mukaku kelayar Tv agar aku tak perlu melihat kedada telanjangnya.
"Baru jg mandi.Knp?Horny liatnya?"tanyanya cuek.
"Sinting!"komentarku singkat membuat Agung tergelak
kecil.Dan tiba2 saja kepalaku terasa dibasahi dg cairan dingin dan harum.Agung
kemudian melakukan pijatan2 ringan pd kepalaku.
"Gmn?Enak kan?"tanya Agung.
Aku yg langsung memejamkan mata hanya menggumam pelan.Gila!Enak
bener!Cairan yg Agung bilang hair tonic td bener2 bikin kepalaku seger.Dan
pijatan2 ringan Agung benar2 terasa nyaman dan menenangkan.Aku mendengar
kembali tawa kecil Agung tp aku tak mengacuhkan,lebih memilih menikmati
treatment Agung.Kadang dia serasa mengusap rambutku lembut.Nyaman sekali.Saking
enaknya,tanpa sadar aku terlelap.
Entah brp lama kemudian aku terbangun dan mendapati kalau aku masih
berbaring berbantalkan paha Agung.Agung sndiri tampak terlelap.Tidur sambil
duduk bersandar dikepala ranjang.Dan masih telanjang dada.Tv jg sudah
dimatikan.Perlahan aku bangkit duduk dan turun dr ranjang,lalu dg berjingkat
berjalan mendekati Agung.Dg lembut aku menyelipkan tanganku dibawah paha dan
punggungnya.Dg berhati-hati aku sedikit mengangkatnya,membetulkan posisinya
agar dia bisa tidur dg lebih nyaman.Agung hanya mendesah pelan lalu
bergerak,membetulkan sendiri posisinya.Berbaring miring. Aku hanya tersenyum
dan menyelimutinya.Kalau kubiarkan dia dg posisi tadi,bisa2 dia masuk angin.
Lalu,kembali dg pelan2 aku membaringkan diri disisi seberang Agung dan menutup
tubuhku dg selimut. Sebentar kemudian,aku sudah kembali terlelap.
"Bangun Va!Udah siang lho!Va?!"panggil Agung dan
mengguncang tubuhku sedikit.Aku yg masih ngantuk hanya menggumam tak jelas dan
melanjutkan tidurku. Tidur diranjang Agung benar2 nyaman.Aku yg terbiasa dg kasur
busa tipis dikostan bener2 malas untuk bangun.
"Va. . .!Udah siang lho!"panggil Agung lg.
Aku tak memperdulikannya.
"Bangun!Kebo!Kalau ga gw cium lo!"ancam Agung. Suaranya
bisa kutangkap dg jelas,tp tubuhku benar2 menolak untuk menurutinya.Aku hanya menggumakan
kata sinting pelan dan kembali mencari halaman mimpi yg td terputus.Sesaat
kemudian aku merasakan usapan lembab,sedikit basah di bagian telingaku.Kuluman
lembut di bagian bawah telinga,hingga kemudian gigitan kecil. Ada yg mencium
telingaku!!!
Sontan aku terlonjak bangun!
"Manjur jg ciumanku!"komentar Agung yg duduk santai
disebelahku.
Setelah bbrp detik kemudian aku baru sadar kalau td Agung yg
mencium dan mempermainkan telingaku dg bibirnya.Sontan aja aku tersipu
hebat.Wajahku langsung terasa panas."Dasar sinting!!"umpatku pelan.
Agung hanya tertawa kecil."Udah jam 10 lho.Cuci muka sana!Kita
makan dibawah.Sekalian berenang ya?Pake aja celana pendekku,"kata Agung
dan menunjuk pd sebuah celana pendek yg dia letakkan dikaki tempat tidur.Lalu
dg santai melenggang pergi.
Untuk bbrp saat aku masih terduduk diam diranjang, memahami apa yg
tadi terjadi.Aku masih bisa merasakan ciuman Agung di belakang
telingaku,kuluman bibirnya dibagian bawah telingaku,hingga gigitannya.Tanpa
sadar aku menggigil.Ga nyangka Agung bisa melakukan itu. "Dasar
sinting!" gumamku pelan dan segera turun untuk cuci muka.
Agung sudah asyik berenang saat aku kebawah.Tubuhnya yg putih
tampak berkilat basah,membelah air.Dia berenang menghampiriku.
"Minum aja dulu susu itu,"kata Agung menelengkan kepala
ke arah segelas susu yg ada diatas meja dipinggir kolam.Dia meletakkan
lengannya dipembatas."Ntar aja habis renang aku bikinin
makan,"sambungnya.
"Kamu masak?!Bisa keracunan ntar!"gerutuku.
Agung menyiratkan air mendengarku."Awas kalo ntar kamu
ketagihan!Ga bakal aku bikinin lg!"ancamnya.
"Kamu lupa kalo keluarga ku bergerak dlm bidang boga. You
should gimme your best!"selorohku.
"We'll see!Udah cepet minum trs nyebur,"katanya.
Aku segera menandaskan susuku lalu melepas t-shirt. Stretching
sejenak dan langsung nyebur!Setelah bolak balik bbrp kali aku menepi.Mengangkat
tubuhku dari kolam.Agung mengulurkan handuk besar pdku.Aku menerimanya dan
mengusap tubuhku.Tp jd terdiam saat kulihat Agung memperhatikanku dg seksama.
"Apa?!"tanyaku jengah.
"Tubuhmu bagus,tp. . . .,"@gung kembali menelusuriku, dg
matanya"lengan dan dadamu kurang berisi," komentarnya menilai.
"Emang kamu,yg bisa rajin fitness.Liat aja tuh dadamu,jd
membusung gitu.Lebih gede dikit lg udah kaya punya payudara tuh!"celaku.
"Knp?!"tanya Agung heran meraba dadanya,"Kurang
bagus ya?Atau malah bikin horny?"tanyanya iseng.
Aku jelas misuh2 mendengarnya."Iya.Bikin aku pengen
netek!Boleh?!"sahutku ngawur.
"Eh knp nggak?Apa sih yg nggak buat kamu.Sini!"ujarnya
melambaikan tangan.
"Najis!"makiku dan melempar handukku ke mukanya. Agung
ngakak."Woi,laper nih!"rengekku.
"Ya udah q masak dulu.Kamu renang aja lg.Oh ya,ntar hbs
liburan kamu ngegym bareng aku ya?Kebetulan fasilitas gym buddy ku belum ku
pake.Aku bisa masukin namanu."
"Gampang deh,"sahutku santai.
"Ya udah.Tunggu ya?"ujar Agung dan segera menyambar jubah
mandinya.
Aku hanya tersenyum melihatnya.Jd penasaran sama masakan
dia.Sementara menunggu,aku memutuskan untuk berenang lg.
Dan ternyata,butuh setengah jam lebih bagi Agung buat menyelesaikan
masakannya.Aku baru saja menyelesaikan putaran ketiga non stop ku saat dia
berteriak,"Breakfast' ready!!"
"Finally!"gumamku dan keluar dari kolam.Saat aku
mendekat, aku bengong melihat masakan yg dia siapkan. "Nasi goreng?!Jd
dari tadi yg kamu masak itu nasi goreng aja?!"tuntutku.
"Hei!Ini nasi goreng komplit spesial.Ada telor,sosis,dikasih
potongan ayam,sedikit gorengan teri sama irisan mentimun.Lihat tuh!Sip
kan?"bela Agung.
"Lebih tepatnya nasi goreng yg cuma dikasih banyak lauk
doang.Lihat tuh,telornya digoreng bentuk hati,timunnya bentuk bintang.Dan
sosisnya knp jd kayak gurita gini?How old do you think l
am?Five?"protesku.
Agung langsung menggeram,"Cerewet!Makan aja deh!" omelnya
kesel.
Aku cuma menatapnya dg sebelah alis terangkat.
"Kalo gak mau ya udah!"dengusnya dan mengangkat lagi
piringku.
"Eh Gung.Kan laper?"rengekku.
"Ya udah makan.Gak boleh protez!"putusnya tegas.
"Pake apa?Tangan?Kamu ga kasih sendok ma garpu!" protezku
lg.
"Ya ampuuuuuunn!!!!" Agung langsung ngacir kedalam,meninggalkanku
yg ngakak keras.Begitu kembali dia cuman cengar cengir malu.
"Ahli banget ya jd koki?Sampe2 lupa ma sendoknya.Aku kalo
masak nasi goreng cuma butuh 10 menitan lho.Ini setengah jam lebih.Hebat!Pasti
spesial nih!"sindirku tanpa ampun.
Agung langsung cemberut,"Makan tuh!"katanya ketus dan
melempar sendok dan garpuku ke meja.Aku cuma terkekeh dan mengambilnya.
Tp siapa sangka,saat sendokan pertama kurasakan,nasi goreng Agung
bener2 terasa beda.Lebih berasa tp tetap tidak terasa berlebihan.Campuran
asin,manis dan gurihnya bener2 berimbang.Ditambah lagi dg lauknya yg
bermacam-macam.
"Anjrit!!Enak banget Gung!"gumamku dan melanjutkan makan.
"Ga usah nyindir terus deh!"kata Agung lebih ketus dari
tadi,tanpa menolehku.
"Serius nih!Enak!Ajarin ya?Ntar aku bisa kasih tau ke Bapak
Ibuku cara masaknya.Ini beda banget sama masakan kami,"seruku bersemangat
dg mulut terisi.
Kali ini Agung menolehku.Matanya menyipit dg tatapan curiga.Jelas
dia tak percaya dan mengira aku masih menyindirnya.
"Serius?"
"Hm-mh!"sahutku dg mulut penuh.
"Sebenernya. . . .aku diajarin sama temenku yg jd cheff
disebuah restoran cina,"jawabnya enteng.Jelas aja aku bengong.
"Pantes aja!"sergahku.
"Kan kamunya sendiri yg nyolot duluan.Weeee!"ledeknya
menjulurkan lidah.Aku yg sudah hendak membalas jadi batal saat kulihat pembantu
Agung yg mendekati kami.
"Maaf.Tp ada telepon dari Mas Randy!"kata pembantu Agung
yg tak kuketahui namanya itu pd Agung.
Agung menerima wireless phone itu dan mengucapkan
terimakasih."Pagi Ran.Ada apa nih?!"
Diam sejenak dan bangkit.Mendengarkan jawaban Randy.
"Iya dia nginep dirumah.Ini jg kami lagi sarapan!"jawab
Agung.Aku segera bangkit dan mendekat.Agung mengulurkan teleponnya.
"Apaan Bro?"tanyaku.
"Woi kancrut!Paper kita gimana?"tanya Randy sdikit panik.
Aku cuma tertawa."Rileks.Udah gw selesein.Ada di laptop. Lo
liat aja.Kunci kost an gw taruh ditempat biasa.Eh ya,lo kesini ma Wina ya?Si
Agung bikin nasi goreng maut!!"
"Va!!"protes Agung dan mencoba meraih telepon.Dg cepat
aku menghindar,berdiri dibelakangnya lalu satu tangan kugunakan untuk membekap
mulutnya dari belakang smntara yg lain masih memegang telepon.
"Sumpah!Enak gila!Jd lo kudu kesini biar dimasakin sama dia.Ya
udah kita tunggu,"kataku dan menutup telepon,nyengir senang."Ntar mrk
mau kesini,"kataku pd Agung.
Dia tak menjawab.Aku lalu baru sadar kalau aku masih membekap
mulutnya smntara kepalanya kutekankan pada bahu depanku.Jd posisi kita kaya
orang pelukan dari belakang.Jelas aja aku jd jengah.Lalu dg perlahan aku
melepas bekapanku dan kembali ke tempatku duduk.Dan tanpa menoleh Agung aku
melanjutkan makanku.Telepon ku taruh aja disampingku.
"Jadi jam berapa mereka kesini?"tanya Agung dg nada
biasa.
"Gak tau.Randy bilang mau ngeprint paper kita dulu trs jemput
Wina"jawabku,kembali tanpa memandangnya.
"Ya udah.Ntar kamu yg siapin nasi gorengnya ya?
Kali ini aku melihatnya,"Lho?Kok aku?"protesku.
"Katanya mau belajar bikin nasi goreng kaya aku.Jd nanti aku
yg kasih instruksi,kamu yg masak!"kata Agung dg senyum menang lalu bangkit
seraya menjulurkan lidahnya pdku.
"Heeiii!!!Itu curang!!"protesku keras.
Agung cm tertawa dan melenggang pergi.
VIII
Setelah berbilas,aku turun dan menemukan Agung sedang santai
diruang tengah ,menonton Tv.Dia cuma menoleh sekilas saat aku mendekat.
"Tadi Randy telepon lg.Dia bilang bisanya kesini ntar
malem.Katanya ada yg harus dia seleseikan,"katanya tanpa mengalihkan
matanya dari layar.Aku cuma mendekat dan berdiri didepannya dg kedua tangan
kusembunyikan kebelakang tubuhku.Alis Agung terangkat sebelah. "Apa?!"tanyanya
heran.
Aku mengeluarkan botol hair tonic yg kupegang dari belakang tubuhku dan nyengir."Lagi
dong?!Sumpah enak abiz!"pintaku.
"Nggak mau!"tolak Agung merengut.
"Ayo dong Gung!"pintaku lg dan duduk
disebelahnya.Kutarik-tarik lengan bajunya."Gung,mau ya?Katanya mau jd host
yg baik!Ayo. . . .,pijitin kayak semalem.Pengen lagi,"rengekku sok manja.
"Nggak!"tolak Agung cuek.
"Guuuuuuuungng!!Mau yaaaaa?" Kembali kutarik-tarik lengan
bajunya.
"Apaan sih?!Ogah!"tolaknya sembari mengibaskan tanganku.
"Guuuuuuuuuuung!!Ayoooooo. . . ."bujukku keukeuh.
Agung menghela nafas,"Dg satu syarat!"kata Agung.
"Kamu beliin aku 5 bungkus keripik nangka dan apel!"
"Itu pemerasan!"protesku.
"Jg 6 bungkus keripik tempe kesukaan Mami," sambungnya
seolah-olah tak ada interupsi.Aku cuma menganga kaget.Apa lg saat Agung benar2
terlihat serius.
"What?! Itu perampokan!"sentakku.
"No bargain!Take it or leave it!"tegasnya.
"You are mean"celaku.
Agung cuma mengangkat bahu cuek.
"Deal!"sahutku akhirnya pasrah dan melempar botol hair
tonic itu padanya.Agung tersenyum penuh kemenangan.
"Let's do it!"ujarnya senang dan menepuk pahanya.
"Tp aku jg punya syarat.Kamu kudu kasih treatment aku sampai
aku puas!" tuntutku.
Kembali Agung mengangkat bahu."Fine!No problem with
me!"cengirnya.
"You swear?!"tegasku.
"Swear!Cross my heart!Over my body and soul!As long as l got
those things,"cengirnya.
"Pasti aku bawain.Tp inget2 perjanjian ini.Sampai puas!!"
kataku lg.Semantik!Dia pasti akan kaget kalau tahu yg kupikirkan,batinku.
"Now come to Mama!"katanya dan kembali menepuk pahanya.
Aku cuma menggerutu dan langsung berbaring disofa berbantalkan
pahanya."Jadi kapan Oom dan Tante balik?"tanyaku sembari mulai
menikmati dinginnya hair tonic dan lembutnya pijatan(atau lebih tepatnya
usapan?) Agung di kepalaku.
"Nggak tahu.Yg jelas mrk masih ada di Singapura dan aku sudah
pesan sepatu Reebok keluaran terbaru.2 pasang. Dan satu untukmu,"lanjutnya
santai,membuatku terpaku kaget.
"Serius?!"
"Yup!Aku udah bilang kalo kamu yg nemenin aku sekarang,jadi mereka
kudu beli oleh2 untukmu juga!"
"You are the best!"
Agung tertawa kecil."I know!" katanya.Aku tersenyum dan
memejamkan mata.Kembali menikmati pelayanan Agung. Sampai akhirnya,aku kembali
tertidur.
Malam harinya,Randy datang bersama Wina.Dan bgt memasuki rumah
Agung,mrk langsung menuntut nasi goreng spesial yg dijanjikan.Jd kami langsung
menuju dapur.Aku memasak dg Agung disampingku memberi instruksi.Tadi sore kami
sudah berlatih,dan gara2 aku,3 orang pembantu Agung mungkin akan eneg melihat
nasi goreng untuk beberapa hari kedepan.Hanya butuh waktu sekitar dua puluh
menit dan nasi goreng spesial untuk Randy dan Wina,selesai.Hampir semua sama dg
apa yg Agung buat tadi.Hanya saya,telurnya kubuat bentuk lingkaran,krn menurut
Agung,gak nyaman kalo membuatnya dalam bentuk hati.Krn itu akan lebih pantas
dibuat oleh Wina.
Mereka berdua puas banget.Saat kami duduk santai diruang
tengah,Randy mengusap perutnya yg terisi penuh (dia sempet nambah tadi).
"Gila!Sering2 aja lo masak kayak gitu Bro!"katanya.
"Yeeee. . . Minta aja sama Wina,"kataku nyolot.
"Gw ragu dia bisa masak,"gumam Randy pelan.
Wina dg kesal memukul bahunya,"Mana ada cewe gak bisa
masak?!Aku bisa!"
Randy mencibir,"Masak apaan?!"
"Air sama mie instant!"jawab Wina ketus,membuatku dan
Agung tertawa.
"Anak SD jg bisa!"gerutu Randy yg cuma Wina balas dg
cengiran."Lo jadi mudik besok Va?"tanya Randy padaku.
"Jadi,"sahutku singkat.
"Kamu berangkatnya dari sini aja besok.Aku anter,"kata
Agung sedikit mengagetkanku."Ya temeni aku lagi.Kalo enggak,reebok nya aku
batalin!"sambungnya nyengir membuatku menggerutu.
"Bonyok benernya pengen jg mudik bentar ke Bogor,"kata
Randy.Mereka sekeluarga memang asli Bogor,dan pindah ke Bali hanya krn ayah
Randy ditugaskan disini sejak tahun kmrn.Randy jg yg membiasakanku berbicara dg
gaya gw-lo nya.Kata Randy dia ga pengen ketularan logat Bali yg dia pikir
lucu."Tapi Bokap ga dapet cuti.Jd liburan ini gw ga kemana-mana.Apa
lagi,mana mau gw jauh dari Wina tersayang,"lanjut Randy dan meraih tangan
Wina.
"Kalo gw sepertinya sih kudu bener2 balik Ran.Ada yg sadis
minta gw beliin sekarung camilan buat buka toko!" gerutuku membuat Agung
nyengir.
"Huh?"Randy dan Wina sama2 tak mengerti.
"Nih,si Bos.Minta dibawain 5 bungkus keripik apel ma
nangka.Juga 6 bungkus keripik tempe.Gila aja!"
Randy dan Wina karuan ngakak."Bakalan abis modal
tuh!"komentar Randy.
"Eh tp jangan salah!Gw ga mau rugi dong!Ada
kompensasinya.Bentar gw tunjukin!"kataku dan bangkit menuju kamar Agung
untuk mengambil hair tonicnya.Tak lama aku kembali dg diiringi tatapan bingung
Randy dan Wina sementara Agung melongo kaget."Sampe gw puas.
Inget?"tanyaku pd Agung dg senyum licik.
"Nggak bisa dong?!Kan udah tadi?"tolaknya.
"Memang.Tp aku kan ga bilang puas.Dan rasanya aku ga akan puas
meski kamu ngelakuinnya selama sebulan," kataku dg senyum kemenangan.
"Itu licik!"kecam Agung.
Aku hanya tertawa,"I'm sorry.But you swear,cross your
heart,over your body n soul!You'll do it!Jadi kamu harus melakukannya.Sampai
aku puas.Dan seingatku,kita tadi tidak menyinggung soal batasan waktu
kan?!"kataku dg senyum lebar.Karuan aja Agung misuh-misuh ga terima.
Sayangnya,dia tak bisa membantah.
"Apaan sih?!"tanya Randy bingung.
"Lo liat aja.Dan sumpah,lo kudu minta si Wina buat
ngelakuinnya.Asik bin nyaman abis.Gw sampe ketiduran Seger!Kalian pindah dulu
kesamping"kataku pd Randy,lalu kembali melihat Agung."Agung,pindah ke
sofa panjang," perintahku dg gaya sok bossy pd Agung yg tadinya duduk di
sofa kecil.
Dg gaya terpaksa sembari menggerutu Agung pindah duduk keujung sofa
panjang yg tadinya diduduki oleh Wina dan Randy.Dan aku segera berbaring dg
kepala berada di pahanya.
"Aaaaaahh. . . .!!Sumpah nyaman gila!"kataku saat Agung
mulai memijatku meski bibirnya manyun.
Wina dan Randy karuan ngakak.
"Jadi kayak orang creambath aja.Ke salon sekalian Va!"
kata Wina geli.
"Iya Va.Ke salon aja.Ntar aku yg bayar deh!"dukung Agung.
"Ogah!Gila aja gw kesalon.Ntar dikira banci salon lg!"
tolakku tegas."Enakan jg gini.Bisa sepuasnya. Perjanjiannya kan gitu.Aku
bawain semua permintaanmu tadi,dan kamu lakukan ini sampe aku puas hehehe. . .
."
Agung kembali misuh-misuh sementara Randy dan Wina tertawa.Dan
obrolan dilanjut kembali.Kami ngobrol santai sementara aku menikmati pijatan
Agung yg lama kelamaan cuman jadi usapan-usapan lembut saja di rambutku.Serasa jadi
kucing aja gw,pikirku.Tp tetap aja, aku benar2 menikmati kenyamanannya.
Randy pulang sekitar jam sepuluh.Dan aku memutuskan untuk langsung
tidur krn aku ngantuk.Apa lagi setelah diusap-usap gitu sama Agung.
"Udah puas kan?"tanya Agung saat kami naik keranjang.
"Belom dong.Ayo lagi!"pintaku dan berbaring memunggungi
Agung.
"Ogah!"
"Bentar aja,sampe aku ngorok,"kataku.Tanpa berbalik aku
meraba tangan Agung dan meletakkannya dikepalaku.
"Dasar!"gerutu Agung.Tp kemudian aku merasakan tangannya
mengusap rambutku dg lembut.Aku hanya tersenyum dan memejamkan mata.
IX
Sudah tiga hari aku berada dirumah.Hari2 kuhabiskan dg membantu
orang tuaku di rumah makan kami,yg alhamdulillah masih aja rame.Aku jg
mempraktekkan nasi goreng spesial ajaran dari Agung.Yg bikin seneng,Ortu ku
memasukannya ke dalam menu spesial dan dengan harga yg spesial!
Adikku sendiri sedang menghadapi ujian,jd aku tak bisa sering
mengganggunya.Sialnya lagi,teman2ku yg kuliah gak ada yg pulang kampung.Jadi. .
. . aku banyak manyunnya.
Aku jd sering sms an dg Agung.Tp. . .itupun lebih sering bikin aku
jengkel.
Woi,ngapain
to:Agung
SEND
from:Agung
makan siang bareng Rico.
Ugh!
Dari dua hari kemarin dia terus aja bareng sama yg namanya si Rico
ini.Sarapan bareng.Makan siang,makan malem,nonton,sampai kuliah.Heran!Emangnya
mereka tinggal serumah ya?Masa hampir dlm setiap kegiatan mereka bareng?Padahal
aku gak pernah tahu kalo dia punya temen yg namanya Rico.
To:Agung
Ntar malem mo ngapain?
From;Agung
Nonton lagi bareng Rico
Nah lho?!
Rico lagi??!!!Aku langsung nyureng membaca pesannya.
To:Agung
Sama Rico lg?
Besok mo ngapain lagi bareng Rico?
from:Agung
iya.
kaya biasanya.
Paling cuma lunch sama dinner.Mungkin nonton lg.
Knp?
to:Agung
Perasaan dari kemaren sama Rico trs.
Ga ada yg lain?
From:Agung
Sama siapa lg?
Kamu gak ada.
Randy bareng Wina trs.Kan ga mungkin ikut mrk!
To:Rico
Ntar tidur sama Rico jg?!
From:Agung
Iya kali!
GGGRRRRRRRR. . . .!!!!
To:Agung
Ya udah.Aku pulang!
Nanti jemput di Ngurah Rai.
Aku mau beli pesenanmu dulu.
Setelah sms,sku langsung mengeluarkan mobil dan pamit sama Ibu
untuk mencari oleh2 pesenan Agung.Sekalian untuk Randy dan keluarganya.Aku mau
mencarinya di Malang.Ada tempat langgananku yg menjual berbagai oleh2 khas
daerah Malang.Butuh waktu sekitar satu setengah jam untuk mencapai
Malang.Sebelumnya aku sudah booking tiket pesawat dari Bandara Djuanda untuk
penerbangan jam 5 sore nanti.
Jd,aku harus cepat2 agar aku tak telat.
Ayah dan Ibuku sedikit kaget karena aku pamit mendadak. Tp mereka
tidak mengajukan banyak pertanyaan.Akhirnya setelah terburu-buru,aku bisa
sampai di Bandara Djuanda jam 5 kurang 15 menit.Dan segera menelepon Agung
untuk menjemputku sekitar satu jam kemudian.
Aku sudah melihat Agung yg berdiri menungguku di arrival gate.Dia
melambaikan tangannya dengan senyum lebar.Tak kulihat seorangpun bersamanya.Tak
ada orang yg sepertinya bernama Rico,atau jg Randy dan Wina.Saat aku dekat dia
membuka kedua tangannya lebar.Hah?Dia mau memelukku.
"Mana?Mana,mana mana?"tanyanya bersemangat. "Mana
pesenanku?"katanya tak sabar saat aku hanya bengong.
Sial!Ternyata yg dia ingat hanya camilan pesanannya.Dg kesal aku
meraih sebuah bungkusan dari trolley yg aku bawa.Aku lempar bungkusan itu pd
nya dan langsung meluncur keparkiran.Agung menyusulku."Dimana
mobilmu?"tanyaku pelan.Terus terang aku lelah.Dan aku berniat membalas
dendam pd Agung nanti.
"Tuh"balas Agung dan menunjuk kemobilnya yg langsung bisa
kulihat.
"Rico nggak ikut?"tanyaku dg nada biasa.
"Ada dimobil,"jawab Agung santai.Ia segera mendahului aku
menuju mobilnya.Meninggalkanku yg menggerutu pelan mendengar jawabnya
tadi.Agung segera membuka pintu bagasinya untukku dan membantuku memasukkan
barang2.Yg membuatku heran,aku tak melihat sosok lain dalam sedannya.Bahkan
saat kami telah berada dalam mobil.
"Apa?"tanya Agung dg wajah bingung melihatku menatap
penuh tanya padanya.
"Eeeeuuhh. . .si Rico?"tanyaku akhirnya.
"Tuh,dikursi belakang,"jawab Agung santai.
Aku jadi super bengong saat yg kulihat dikursi belakang hanya
sebuah boneka pinguin."Boneka pinguin?"tanyaku.
"Iya.Emang kamu kira apa?Pernah liat Pinguin of Madagascar
kan?Ada Rico,Kowalski sama yg lain?Aku cuman bawa Rico nya aja,"terang
Agung ringan.
"Jadi aku pulang buru-buru pulang dari rumah orang tuaku hanya
untuk menggantikan sebuah boneka PINGUIN??!!!"tanyaku keras.
"Lho?!Kan kamu sendiri yg mau balik kesini?"kata Agung dg
muka santai tanpa dosa.
Aku mendengus dan langsung bersandar lemas dikursiku. Sial!Jd aku
ngamuk2 beberapa hari terakhir ini hanya karena sebuah boneka?!Aku benar2
merasa bodoh.Buat apa coba reaksiku begitu?Buang2 tenaga saja.Kututup mataku
rapat2,tak mau sampai aku kehilangan kontrol dan melakukan hal bodoh yg akan
lebih kusesali lagi.
"Va. . . ?"panggil Agung pelan.
"Jalan saja okay?!Aku hanya ingin istirahat,"kataku
datar.
"Ke kostan apa rumahku?"
"Terserah!"jawabku cuek tanpa membuka mata.
XI
Agung membawaku kerumahnya.Aku tak mengatakan apapun.Bahkan sejak
perjalanan tadi.Begitu sampai,aku segera mengambil tasku dan menuju kamar
Agung. Langsung kekamar mandi.Air hangat yg mengucur dari shower sedikit
menenangkanku.
Aku tak tahu apa yg Agung pikirkan.Mungkin dikiranya aku marah
besar atau apa.Dan itu tidak sepenuhnya salah.Aku memang marah.Siapa yang
enggak.Aku buru2 pulang kesini hanya untuk menemaninya sehingga dia berhenti
mengatakan tentang Rico sialan itu,yg ternyata hanyalah sebuah boneka.Aku tak
tahu harus bereaksi seperti apa.Tp yg jelas aku merasa lega.Dan itu. . . .
aneh!
Aku terpaku diam,membiarkan air mengalir dari shower ke
kepalaku,mengalir terus kebawah,hingga akhirnya menghilang ke lubang
pembuangan.
Kenapa aku harus merasa lega?
Pertanyaan ini segera diikuti oleh rentetan pertanyaan lain yg
langsung bermunculan.
Apa peduliku kalau dia memang keluar dg orang lain?
Apa hak ku merasa kesal jika dia memang benar2 'jalan' dg cowok
lain?
Memang apa hubunganku dg dia?
Ngapain aku heboh sendiri?
Siapa juga yg minta aku buat buru2 balik kesini?
Kenapa aku lebih memilih segera balik kesini daripada menghabiskan
waktu liburanku bareng keluarga?
Untuk bbrp saat lamanya,aku terpaku kaget.Gila?!Kenapa aku jadi
aneh gini sih?
Dg gusar aku menggosok tubuhku dg sabun!
Begitu keluar dari kamar mandi,kudapati Agung sudah menungguku
sembari menonton tv.Dia bangkit mengambil sebuah baki yg ia letakkan disamping
lampu kamar.
"Aku udah bikinin nasi
goreng kesukaanmu.Aku tambahin udang tepung lho.Pasti enak,"katanya.
Aku yg sedang mengusap rambutku yg basah dg handuk hanya mengangkat
alis.Tanpa bicara aku menerimanya dan duduk di sofa panjang yg ada di kaki
ranjang.Tempat tidur king size Agung memang bergaya klasik dg kanopi dan
lengkap dg selambu2nya.Dibagian ujung bawahnya, ada sofa panjang tanpa lengan
yg ukurannya sama dg lebar tempat tidurnya.Sofa itu sendiri langsung berhadapan
dg plasma tv berukuran 32 inchi.
Sebenarnya dulu,waktu pertama kali diajak kesini,aku jd ngeper
berat.Kamar seperti yg Agung miliki ini cuma pernah kulihat di majalah saja.Gak
nyangka,ada orang yg ku kenal yg benar2 memilikinya.
Agung duduk disebelahku,tp aku tak memperdulikannya. Aku cuma makan
sambil menonton tv,tanpa sekalipun menoleh padanya.Aku sendiri tak ingin
memulai percakapan,takut kalau aku kembali mengucapkan sesuatu yg salah dan
justru memperburuk kecanggungan kami. Atau lebih parah,aku bertindak jauh lebih
konyol lagi. Iiiiiiiihh. . . .!!
"Va. . . . marah ya?"tanyanya setelah diam bbrp menit yg
lama.
"Menurutmu?"sahutku enteng,tetap tak melihatnya.
"Iya,"sahut Agung.
Aku tak bereaksi,dan kembali makan.Masakan Agung tetap terasa enak
seperti biasa meski saat ini aku enggan untuk mengakuinya.
"Maaf ya Va?"pinta Agung lagi.
"Aku sudah kenyang,"kataku gak nyambung dan meletakkan
kembali piringku ke baki lalu minum segelas air putih yg ada
disana."Maaf,aku capek.Aku mau tidur!" kataku datar lalu melangkah
kembali ke kamar mandi untuk sikat gigi.Saat aku keluar Agung masih belum
kembali.Tp aku tak peduli dan langsung berbaring disebelah kanan
ranjang,memunggungi sisi yg nantinya ditiduri Agung.
Tak brp lama kudengar dia kembali.Aku yg sudah memejamkan mata
tetap diam meski telingaku dalam keadaan siap.Hingga kemudian ranjang yg
kutiduri bergerak pelan.Agung telah naik.Bbrp saat kemudian lampu kamarpun
padam.
Keheningan yg mencekam menggelayut diantara kami. Aku yg telah membuka
mataku hanya diam menatap gelap.Bingung,tak tahu harus apa.Mungkin sikapku
sedikit keterlaluan,tp aku justru takut kalau aku tidak bersikap seperti
tadi,aku akan hilang kontrol.Belum lagi pertanyaan2 yg muncul dikamar mandi
tadi,kembali melintas.Sial!Knp suasananya jd kaya sepasang suami istri lg
berantem gini? pikirku.
"Udah tidur Va?"tanya Agung pelan sdikit mengagetkanku.
Aku diam sejenak,"Belum,"jawabku akhirnya.
"Marah?"tanya dia,lirih.
"Kenapa?Ga boleh?"tanyaku balik,sedikit lebih ketus
daripada yg kukira.Dan kemarahan yg dari tadi kutekan tiba2 saja menggelegak.
Nafasku pun jd cepat."Coba aja kalo kamu jadi aku.Teman kamu bilang,walau
mungkin secara tidak langsung,bahwa dia kesepian,gak punya temen buat diajak
hang out.Krn kamu sedang pulang kampung kerumah orang tuamu.Dan secara tidak
langsung pula,kamu merasa bersalah krn kamu tahu benar kalau dia,kesepian.Jadi
kamu langsung mengemasi barang2mu,mencari oleh2 pesenan temanmu itu,yg ngomong2
belinya harus dikota sebelah yg butuh sekitar 4 jam perjalanan bolak
balik,mandi sebentar dan langsung ke Bandara,meninggalkan orang tua dan
keluargamu yg lain,untuk bisa menemani temanmu itu.Dan saat kau sampai,kau
malah mendengar temanmu tadi berkata,'Lho?Kan kamu sendiri yg mau balik
kesini?'," aku menirukan kalimat Agung dibandara tadi yg begitu membekas.
Agung diam.
"Kira2 apa yg kamu rasakan?"tanyaku dg nafas yg kini
memburu."Wajar gak kalau aku marah telah mengorbankan waktu berkumpul dg
keluargaku,hanya untuk menggantikan sebuah boneka pinguin sialan dan kalimat
tadi?!Kamu yg paling tahu,gimana rasanya jarang berkumpul dg orang tua
kan?Katakan padaku,apa yg kau rasakan?Wajar gak,kalau aku marah dan. . .
Kata2ku terputus saat tangan Agung melingkar diperutku dan
kurasakan kepalanya ada dibahuku.
"Gung,lepasin!Apa-apaan sih?!"kataku cepat sedikit panik
dan mencoba melepas tangan Agung.Tp dia makin mengetatkan pelukannya dan
menyembunyikan wajahnya di punggungku."Gung?!!"
"Maaf,"kata Agung pelan dg suara yg terdengar aneh,dan
bbrp saat kemudian,punggungku terasa basah.Tubuhku jadi sedikit tegang.
Dia nangis?!pikirku panik dan tak percaya.
Aku ingin melakukan sesuatu.Otakku berteriak memerintahkan tubuhku
untuk bereaksi.Tp tubuhku tetap terdiam.Ada yg salah dg sistem koordinasi
antara otak dan tubuhku.
"Aku gak mau kamu marah!Gak mau musuhan!"kata Agung dg
suara yg makin terdengar aneh.
Dan tubuhku semakin terasa kaku,sementara otakku terus meneriakkan
perintah2 yg sama sekali ditolak oleh tubuhku.Hingga akhirnya aku menyerah
untuk mencoba melakukan sesuatu,dan hanya diam.Kubiarkan saja Agung melakukan
apa yg sekarang dia lakukan dibelakangku.(Beneran dia nangis??!!Seorang
Agung?!!)Aku mencoba mengendalikan nafasku yg tadi berburu,lalu aku hanya menutup mata dan menulikan
telingaku. Menyerah pada kelelahan yg sedari tadi sedikit terhiraukan.Apapun yg
terjadi,aku akan menyelesaikannya esok hari saja,pikirku lelah.
XII
Keesokan harinya,aku terbangun sendiri.Aku tak menemukan Agung.Aku
tidak langsung bangun,tapi justru diam berbaring,memikirkan kejadian semalam.Apa
aku sudah keterlaluan?Aku kan gak melakukan apapun!Aku toh gak teriak2
marah,ngebentak,atau mukul.
Lagian,ngapain juga dia pake nangis segala?
Kalo misalnya yang nangis anak kecil sih aku bisa hadapin.
Dibeliin makanan atau mainan,beres.Atau kalo yg nangis
cewekku,tinggal peluk trs bujuk2 dikit,selesai.Lha ini,yg nangis cowok,gede dan
jg lebih tua lagi dari aku.Kudu ngapain coba?Masa aku kudu belai2 dia juga?!Ga
mungkin kan?
AAAAARRRGGHHHH!!!
Ribet ah!
Aku mengacak-ac`k rambutku,kesal pada diriku sendiri. Akhirnya aku
bangkit kekamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi,lalu turun.Yg bikin aku
jadi lebih gak enak,aku menemukan Agung sedang nonton tv diruang tengah sambil
sesekali kudengar menyusut hidung.
Ketika mendengarku,dia cuma menoleh sekilas lalu cepat2 bangkit.
"Hei,sudah bangun?Aku bikinin sarapan ya?"katanya dg
suara yg terdengar jauh lebih aneh dari semalem serta mata yg terlihat bengkak
kemerahan.Dia lalu segera berlalu menuju dapur tanpa menolehku.Melihatnya yg
terlihat kacau begitu aku hanya mampu mendecak kesal.
Tuh kan?Harus gimana coba?pikirku bingung.Wajahnya jd kelihatan
aneh gitu.Hidungnya jd kemerahan,matanya bengkak gede dan suaranya mirip orang
pilek parah!UGH!!!
Aku jadi merasa bersalah!
Padahal aku kan berhak sedikit marah,pikirku membela diri.Segera
kususul dia kedapur.
"Lho?Ngapain?Kamu tunggu aja disana sambil nonton tv,"
kata Agung yg melirikku sekilas lalu menyibukkan diri dg alat2 dapur,tanpa
menolehku lagi.
"Bisa berhenti sebentar?"pintaku pelan.
"Eh apa?Tunggu aja ya?Ga bakal lama kok,"kata Agung dg
suara yg dibuat ceria tapi malah justru terdengar lebih aneh lagi.
"Gung. . ,"panggilku pdnya yg masih memunggungiku.
"Kamu mau rotinya pake selai apa?Coklat apa
jeruk?"tanyanya sembari entah ngapain,dan tetap tak mau berbalik.
"Gung. . . ,"panggilku lagi dan mendekat kebelakangnya.
"Atau mungkin strawberry?Enak lho,aku paling suka. ."
Aku sudah memeluknya dari belakang,membuatnya langsung
terdiam.Meski agak canggung,kulingkarkan tanganku dipinggangnya dan kusandarkan
kepalaku dibahunya.Kurasakan tubuhnya langsung menegang."Semalem aku
memang marah.Aku gak mau ngomong karena aku takut nanti aku bakal hilang
kontrol," jelasku pelan.
Tubuh Agung masih sedikit kaku.
Aku menghela nafas panjang,memenuhi paru2ku dg harum floral Agung
yg segar."Aku. . . ga tau kudu gimana sama kamu semalem.Aku. . .
keterlaluan ya?"tanyaku lagi dg kepala yg sedikit tertunduk dibahunya.
Baru setelah itu,tubuh Agung jadi sedikit rileks.Dan sesaat
kemudian,kurasakan usapan lembutnya di tanganku yg memeluk pinggangnya.
"Justru aku yg keterlaluan,"kata Agung akhirnya lirih.
"Ha-rusnya aku lebih menghargai krn kamu sudah mengorbankan waktumu bareng
keluarga,hanya untuk menemaniku.Gak pantes kalo kalimat kemarin itu aku
lontarkan,"lanjutnya.
"Iya!Kamu keterlaluan!" kataku menyetujui,tp dg suara
bercanda yg kubuat seperti merajuk.
Agung tertawa kecil mendengarnya,"Maaf ya?"pintanya
pelan.
'Hm-mh. . .,"gumamku dan memiringkan wajahku untuk
melihatnya.Ternyata wajah Agung sudah kembali basah. Aku mendecak melihatnya."Aduuuuuh.
. ., ga usah nangis lagi deh!Mukamu jd kelihatan jelek,tahu?!"celaku
kembali merasa tak enak padanya.
Lagi-lagi Agung tertawa kecil."Habis. . . ."
"Udah dong.Jadi kaya sinetron aja.Lagian,yg biasanya bertugas
buat nenangin orang nangis kan kamu.Kok sekarang jd kebalik gini?"bujukku
lagi dan mengusap pipinya dg jariku,membersihkan air matanya."Aku mau
mandi bentar,trs pijitin kepalaku pake hair tonic lagi ya?Masih
capek,"pintaku manja.
"Tapi sarapan dulu,"kata Agung.
Aku nyengir senang."Siiip!!Aku mandi dulu dan jangan nangis
lagi,"ujarku.Sebelum berlalu,krn gemas melihatnya, aku mencium pipi Agung
sekilas.Lucu banget sih melihat dia yg habis nangis gitu.Jd kayak anak kecil
salah kostum hehehe. . . .
XIII
Sore harinya, Agung mengantarkanku ke rumah Randy untuk
mengantarkan oleh2. Kami mendapati Wina sudah asyik bercengkrama
disana.Ternyata Tante Marsya dan Oom Iwan sedang keluar. Dirumah cuma ada Randy
dan Tita yg langsung berteriak senang dan menggelayut pdku.
"Gerak cepat nih!Udah mau ngambil hati calon mertua Win?"
godaku saat Tita membawa oleh2ku ke dalam. Wina merona krn nya.
"Kamu sendiri ngapain balik kesini?" tanya Wina balik yg
jd nyolot krn keisenganku.
"Iya.Baru jg minggat dua hari udah balik."imbuh Randy.
"Aku yg minta dia balik kok Ran,Win!"sahut Agung
membuatku sedikit kaget krn dia mau mengakuinya.
"Kenapa Gung?" tanya Wina.
"Kangen aja.Gak rame kalo gak ada dia," sahut Agung
santai. Randy dan Wina sejenak saling berpandangan. Sementara aku mendengus
kesal mendengar jawaban Agung tadi.
"Bukannya udah ada Rico?" sindirku membuat Agung nyengir.
"Rico siapa?" tanya Wina ingin tahu.
"Boneka kecil pinguin dia!" sahutku sedikit menggerutu.
Lalu kuceritakan dg singkat knp aku balik ke Bali cepat2. Lagi2 Wina dan Randy
saling berpandangan setelah mendengarnya.Aku jd mengangkat sebelah alis melihat
reaksi mereka. Aku sudah hendak bertanya,tp jd urung saat Tita kembali muncul
dan menarik tanganku.
"Kak Dava,ajarin Tita PR Inggris,"pintanya manja.
"Eh gimana kalo sama aku aja Tita?"tawar Agung.Tawaran
itu tdk perlu diulang dua kali. Tita langsung ganti menarik tangan Agung
kedalam.Aku terkekeh melihatnya.
"Tau aja Tita sama orang cakep," ujarku geli.
"Lo ga ada niat nyari pacar lg Va?"tanya Randy tiba2.
Aku sedikit heran dg pertanyaan Randy yg tiba2.Tp aku hanya
nyengir."Males Ran! Enakan jg gini.Ga ada kewajiban buat
merhatiin/ngerjain macem2 buat narik perhatian orang.Ga harus ngelakuin macem2
hal.Santai dan tenang," jawabku.
"Tp lo kelihatan nyaman bareng Agung.Pacaran aja ma
dia.Kelihatannya cocok tuh!"seloroh Randy membuatku terkekeh.
"Iya!"dukung Wina
"Boleh jg tuh.Ga ada jeleknya. Toh dia jauh lebih cakep
dibandingin ma Randy. Iya ga Win?"sahutku membuat Wina dan Randy
misuh2.Aku kembali tertawa lalu bangkit untuk ke dalam melihat Agung dan Tita
yg bukannya lagi belajar tp malah cekikikan."Kok malah maen?"tegurku
dan pasang tampang galak sembari berkacak pinggang.
"Habis Kak Agung ngajak bercanda melulu,"adu Tita membuat
Agung jd sedikit panik.Apa lagi saat aku menggeram marah padanya.
"Eng-enggak kok Va.Tita gitu ih!"
Aku langsung menghampiri Agung dan menjepit lehernya dg lengan
kananku,"Harusnya kan diajarin PR nya. Bukannya bercandaan
melulu,"omelku gemas sambil memberi jitakan2 pelan ke kepala Agung. Agung
berteriak kesakitan membuat Tita makin seneng.
"Aduh!Ampun deh!!"pintanya.
"Ajarin Tita!!"
"Iya!Lepasin duluuuuuu!!"rengek Agung membuat Tita
kembali tertawa.
"Kak Agung lucu!Sering2 maen jesini ya Kak?"pintanya
polos.
"Eits!Ga boleh!Kak Agung cuman boleh maen sama Kak
Dava!"godaku dan memeluk Agung.Tita langsung protez. Dan akhirnya,karena
lebih banyak bercandanya,PR Tita yg seharusnya bisa selesai dlm waktu bbrp
menit,baru kami bereskan setelah satu setengah jam.
Dan dalam hati aku bersyukur, krn atmosfir aneh antara aku dan
Agung semalam telah hilang tak berbekas.
XIV
"Hujan. . . .,"gumamku sembari tiduran dikasur.Gini nih
gak enaknya lahir dibulan Januari.Tiap ulang tahun pasti hujan,pikirku.Tp gak
ada bedanya jg sih kalo hari ini terang.Mau ngerayain ama siapa coba?Pacar aja
gak punya.Dan aku jg ga pernah gembar-gembor soal tanggal lahirku ke teman2
kampus.Td si Randy doang yg pagi2 udah ngucapin met ultah.Dan dia udah dari
dulu ku sumpah untuk tutup mulut soal ultahku.
Tadinya sih aku berencana buat ajak keluar si Agung,tp krn hujan
ini,sepertinya lebih baik gak usah.Padahal sumpah pengen banget!Tuh anak bener2
udah kasih aku banyak hal.Sepatu reebok hadiah dari ortunya skrng udah jadi
benda favoritku(emang beda ya,barang asli ma palsu?hehehe. . .) yg nyaris gak
pernah kulepas.Dia juga memasukkan namaku jadi Gym Buddy nya,jadi aku bisa nge
gym gratis di clubnya,plus personal trainer.Gila aja! Seumur-umur gak bakalan
aku bisa gabung ke club kayak gitu.Agung bilang sih dulu gak ada yg bisa jadi
temen gym nya.Fasilitas gym buddy nya udah lama banget nganggur.Sayang
kan?Untung ada aku.Tapi dihari pertama aku selesai nge gym,tubuhku terasa remuk
dan sakit saat digerakkan.Reaksi yg normal kata Agung.Dia bilang setelah bbrp
lama,hal itu akan hilang.
Dia jg sering antar jemput aku ke kampus.Traktir makan.Juga beresin
kamarku yg sering berantakan.
Hubungan kami jg jadi jauh lebih dekat.Bbrp gosip memang masih
terdengar,tapi kami cuek saja.Toh orang2 terdekat kami tahu.Jadi yang lain,ke
laut aja lah!Bahkan kadang2 aku/Agung jg kumat jahilnya.
Misalnya pas kami dikantin,kami pernah dikasak kusukin sama bbrp
orang mahasiswa/mahasisiwi yg jg lagi jajan disana.Tp dg santai aku justru
minta Agung untuk suapin aku.Agung dg sok mesra jg ikut megimbangi
aktingku.Sementara Randy yg waktu itu bareng Wina cuma ngakak.
Bodoh amat deh!
Kalo memang boleh memilih,mending jg aku pacaran ma Agung drpd
cewek bego macem lmelda.
. . . . .eh?Lho?Kok aku jadi mikir gitu?
Aku terdiam,lalu memukul kepalaku saat sadar akan pikiran yg
terlintas tadi.Sinting!,gerundengku dalam hati.
Deringan ponsel akhirnya yg menyadarkanku.Nama Randy yg muncul
dilayar.
"Hallo Bro.Ada apa?"tanyaku dg suara riang.
"Va!Untung lo langsung angkat.Gw ada dirumah Agung. Lo kesini
cepetan!Dia kecelakaan!"kata Randy cepat dg nada panik.
Hatiku mencelos mendengarnya.Aku nyaris terlonjak."Gw meluncur!"sahutku
dan langsung menyambar kunci sepeda.Dan sialnya,aku baru nyadar saat naik ke
sepeda kalau jas hujanku hilang bbrp hari kemarin.Bodo ah!sergahku dalam hati
dan langsung menstart sepeda motorku.
Saat tiba dirumah Agung,aku basah abiz.Kacau banget pokoknya.
Satpam yg telah mengenalku segera membukakan pintu pagar.Setelah memarkir
sepeda aku segera berlari kedalam,hendak langsung ke kamar Agung.
"Happy birthday to you. . .
Randy,Wina dan Agung yg sedang memegang kue tart telah menyambutku
dibalik pintu.Mereka tak mampu menyembunyikan geli mereka melihatku yg tampak
konyol. Basah,ngos-ngosan plus terbelalak kaget,sedikit bingung dg apa yg
terjadi.
"Yessss!!Berhasil!"Randy meninju udara penuh kemenangan.
"Dasar!Kasihan kan dia kebasahan!"tukas Wina,tp dg mulut
tersenyum geli.
"Ayo make a wish dan tiup lilinnya,"kata Agung.
Aku sontan menggeram marah,sadar kalau habis dikerjain. Yang lain
cuma ngakak keras.Akhirnya aku memejamkan mata sejenak lalu meniup
lilinnya,membuat semua bersorak.
"Ide siapa tadi supaya aku basah2an?"tanyaku cepat.
"Randy!"jawab Wina dan Agung kompak!
"Makasih ya Ran!"aku langsung menghambur padanya dan
mengusapkan tubuhku yg basah ke Randy.Karuan aja dia teriak2 protez karena
sekarang dia jg ikutan basah. Wina dan Agung cuma tertawa dan menjauh dari
kami.
"Anjrit!Gila!!"Randy misuh2 saat aku melepasnya.Tubuh
bagian depannya kini jadi separuh basah.
"Aku mandi dan ganti baju dulu ya?"pamitku pada yg lain
lalu dg santai melenggang ke kamar Agung.
Saat aku kembali ke ruang tengah,Randy telah mengganti t-shirt nya
dg t-shirt pinjaman dari Agung.Dia mengacungkan bogem pdku yg kubalas dg
cengiran. Malam itu,Agung sudah menyiapkan bbrp hidangan untuk kami.Semua
spesial.Tp yg membuatku girang,aku dapat kado dari dia dan Randy yg patungan dg
Wina.
Randy dan Wina memberiku sepatu baru,dan dari Agung, sebuah jam
tangan keren silver.Malam ini aku benar-benar bersyukur,krn hari ulang tahunku
berjalan lebih sukses dari yg kubayangkan.Dan aku merayakannya dg orang2
terdekatku disini
"Ok,this party's sucks.Gimana kalau kita bikin
permainan," usul Randy saat kami telah kehabisan bahan untuk ngobrol.
"Fine.What game?"tanya Agung.
"Truth or Dare!"kata Randy dan membersihkan meja.
Diletakkannya sebuah botol syrup ditengah.Dia menatap kami dg tatapan
menantang.
Agung dan Wina cuma mengangkat bahu,tp aku langsung
menggeleng."I'm not in!"
"Oh no!You have to!"potong Randy."You're the star of
the show.It's your birthday!"katanya lagi.
Agung dan Wina ikut2an protes hingga akhirnya aku tak punya pilihan.Dan
Randy pun memutar botolnya. Lucunya,korban pertamanya adalah dia sendiri.
"So,Randy.Truth or Dare?"tanyaku senang.
Randy mikir sebentar,"Truth!" jawabnya yakin.
"Apa hal yg terjauh yg pernah kalian lakukan selama kalian
berdua pacaran?"tanyaku langsung yg sontan membuat Randy merona dan Wina
protez."Hei,permainan ini ide Randy,dan kamu yg menyetujuinya.Aku sudah
protez,"jawabku santai.Agung jelas aja ngakak.
"Fine!We did 'that'!"jawab Randy akhirnya dg muka memerah
parah!Wina akhirnya hanya mampu mengerang dan menutup wajahnya."Tp
inget,semua yg terjadi malam ini tidak boleh keluar.Hanya untuk kita yg ikut
saja!!" lanjut Randy.
"Baiklah!Tapi kalau Tante tahu,pasti akan jadi menarik,"
gumamku pelan.
"Dava!"potong Randy membuatku tertawa.
"Okay!Fine.Aku tahu.Hanya untuk kita. Win,tenang. Rahasiamu
aman bersamaku!"kataku lagi geli.
Randy hanya menggerutu dan kembali memutar botol.Sial baginya krn
botol itu kembali menunjuknya.Randy mengumpat keras sementara Wina kembali
menutup muka.
"Dare!"pilih Randy akhirnya.
"Praktekkan cara kamu mencumbu sampai Wina akhirnya mau make
love sama kamu!"perintahku cepat!
Randy dan Wina mendelik dan Agung ngakak dan bertepuk tangan
keras.Akhirnya dg sedikit kaku dan muka merah padam Randy mempraktekkan jurus
gombalnya dalam merayu Wina yg cuma pasrah saja.Tp aku sempat sedikit protez
saat Randy mencium Wina dg ogah2an dan Wina hanya diam pasif
"Woooooww. . . .!That was one lousy kiss!"komentarku
sinis saat Randy menghentikan ciumannya pada Wina.
"I think that's sweet!"imbuh Agung membuatku mendengus
keras.
"Nenekku bisa mencium lebih baik dari itu!"celaku lg.
"Tunggu aja giliranmu!"ancam Randy yg kutanggapi dg
cibiran sinis.Pada putaran berikutnya,Randy kembali misuh2 krn yg kena kini
Wina.
"Truth!"kata Wina pasrah.
"Kapan terakhir kali kalian make out?"tanyaku dg muka
mupeng.
"Hei,dari tadi cuman lo doang yg nanya!Gantian Agung
dong!"protes Randy.
"Baiklah.Agung?"kataku mempersilahkan Agung dg tatapan
penuh konspirasi.
"Sama!"jawab Agung singkat yg membuatku ngakak. Randy misuh2
kaya emak2.
"Tadi pagi,"jawab Wina akhirnya dg wajah tertutup
tangannya.Aku dan Agung bersiul keras.Wajah Randy semakin merona.
"Hebat Ran!Dimana?"tanyaku menggoda.
"Hei,itu dua pertanyaan n I'm not gonna answer that!"
potong Randy sembari memutar botol.Sial bagi Agung krn kali ini gilirannya.
"Truth!"pilih Agung singkat.Aku sudah hendak buka mulut
tp langsung ditahan oleh Randy.
"Ga bisa!Kalo lo yg nanya,pasti cuma yg ringan2 doang. Gung,dg
siapa pengalaman seks terhebat yg pernah kamu alami?"tanya Randy.
Hening sejenak.Agung yg kini merona cuma mampu menunduk malu
sementara kami diam menanti jawabanya.Sebenarnya aku berharap kalau dia
menjawab bahwa dia belum pernah melakukannya.Tp dg penampilan,usia, serta
kemampuan seperti yg dia miliki, seharusnya aku tahu kalau itu mustahil.
"Chris!"jawab Agung akhirnya tanpa menatap salah satu
dari kami.
Dan barulah aku sadar akan satu hal.Hatiku langsung mencelos.
SHIT!!!!
"Chris?Tapi itu kan. . . ."Randy tak meneruskan
kalimatnya. Sementara aku kembali menyumpah dalam hati,baru sadar kalau Randy
ataupun Wina tak tahu bahwa Agung benar2 seorang gay.
"Yeah! I'm gay!"kata Agung dg tersenyum.
Randy dan Wina menatapku seakan-akan meminta konfirmasi.Aku
tersenyum tipis lalu akhirnya dg singkat kuceritakan kisah pertemuan kami dulu.
Tentang bagaimana kami bertemu hingga kami dekat.
"Kalian. . . ga ada masalah kan?!"tanyaku sedikit
khawatir dg reaksi Wina dan Randy.Mereka cepat2 menggeleng.
"Sedikit kaget sih!Sayang jg knp Agung bisa gay.Padahal Agung
punya semua kualitas seorang pasangan yg sempurna.Yg jadi pacarnya pasti happy,
"kata Wina membuat kami semua tersenyum.
"Seperti si Chris mungkin?"sindirku membuat yg lain
tergelak sementara Agung hanya tersenyum malu tanpa melihatku.Suasana yg
tadinya sedikit tegang jadi kembali rileks. Aku kemudian meraih botol dan
memutarnya, melanjutkan permainan.Agung lagi korbannya.Aku hanya mampu
menggaruk kepalaku yg tak gatal dan menatapnya menyesal,sementara Randy dan
Wina berteriak girang.
"Gung,truth or dare?"tanya Wina semangat.
"Truth!"kata Agung setelah mikir sebentar.
"Udah berapa orang cowok mantanmu?"sambar Randy membuatku
sedikit mengangkat alis mendengarnya.
"Ehhmmm. . . . 5," jawabnya,sedikit malu2.
"Siapa aja?"tanya Wina dg muka mupeng membuatku
mengernyit heran. Nih anak cewek ga beres kali ya? Masa tertarik sama daftar
cowok Agung?!
"Adi,Arul. . .,Rendra. . . .,Chris sama. . . . .
Andhika,"jawab Agung kembali tanpa melihatku.
Gila!!!Banyak juga mantannya! batinku. Taruhan, pasti semuanya
cakep2 tuh!
"Didi you make out with them all?!!"
"Hei wait?!!Those were 3 questions!" potongku yg akhirnya
tak tahan diam hanya mendengarkannya saja."Padahal td Randy gak mau jawab
2 pertanyaan!"protesku lg.
"Yeeee. . . .!Semangat banget Mas?!"sindir Randy tapi
langsung berhenti nyolot begitu melihatku mendelik sengit."Ya udah deh.
Ayo Gung,kamu yg putar botolnya."
Agung hanya tertawa kecil dan memutar botol itu.Dia memutarnya
sedikit kencang,jd kami semua menunggu dg tegang.Dan. . . .
"HAH!!!!"Randy melonjak senang saat botol itu menunjukku.Aku
menggumamkan makian pelan dan melihat sebal kearah Agung. Dia cuma nyengir saja
melihatku.
"Dare!"putusku langsung.Aku tak akan membiarkan Randy
membuka aib ku didepan Agung dan Wina.
Untuk sejenak Randy dan Wina saling berpandangan."Kiss
him!"kata mereka kompak menunjuk Agung.
Aku sontan melongo kaget."APA?!"
"Cium Agung.Bukan ciuman basa basi,tapi ciuman yg benar2 panas
seperti lo mencium mantan2 lo dulu!"
Sial!!Mungkin lebih baik kalau aku tadi memilih truth saja,
gerutuku dalam hati.Belum lagi mencium, ngebayangin akan melakukannya aja sudah
membuat wajahku seperti terbakar.Agung sendiri yg kaget jg tampak tak enak
hati.
"Guys,mungkin sebaiknya. . .."
"Oh no!" Randy dg cepat memotong kalimat Agung. "Tadi
kalian sudah membuat gw dan Wina mengungkapkan rahasia terdalam kami. Plus,kami
jg memberi kalian pertunjukan yg gak akan mungkin kami lakukan didepan orang
lain.Jadi sekarang, tak ada dalih bagi kalian.And you Agung,be still!Tugasmu
hanya diam.Tp kau dipersilahkan untuk berimprovasi jika memang
mau!"berondong Randy dan berpaling padaku. "Kiss
him!"perintahnya lg tegas.
Aku menyumpah pelan.
Akhirnya kuangkat tanganku dg canggung untuk memegang sisi wajah
Agung. Sialnya,tanpa kusadari tanganku jd gemeteran dan
berkeringat.Anjrit!Kenapa aku jadi panas dingin gini?! Untuk kesekian kalinya
aku menoleh ke Randy dg tatapan memohon,"Please. . .,"pintaku
memelas.
Randy menggeleng tegas."Kiss him!"perintahnya.Wina yg ada
disampingnya terkikik dg mata berbinar gak sabar.
Sepertinya aku tak punya pilihan dan kembali berpaling pd Agung yg
cuma diem pasrah. Tanganku yg masih menempel diwajahnya kembali sedikit
gemetar.Apa lagi saat mata kami bertemu. "Kamu merem dong
Gung!"pintaku yg langsung dituruti Agung.Dia tahu kalau aku super nervous
skrng,sama sepertinya,karena kulihat tangan Agung yg ada di pangkuannya
terkepal erat.
Perlahan aku mendekatkan wajahku ke Agung.Dan detik
berikutnya,bibirku menempel di bibirnya.Bibir Agung basah,lembut dan manis.Saat
aku mengulumnya, aku bisa mendengar suara desahan lirih Agung yg ternyata dari
tadi sedang menahan napas.Suara desahan itu yg membuatku lupa diri dan semakin
memperdalam ciumanku, lalu memasukkan lidahku,dan menyapukannya dg lembut di
lidahnya. Agung meresponnya.Dan untuk bbrp lamanya aku lupa sedang berada
dimana.Dan hanya karena kehabisan nafas akhirnya aku melepas ciumanku.
. . . . . .
Hening!
. . . . . .
Tak ada suara.
. . . . . .
Saat aku membuka mataku,Agung jg sedang melihatku dg tatapan yg tak
kumengerti. Dan dari sudut mata,aku bisa melihat Randy dan Wina yg sepertinya
ikut bengong. Akupun sadar kalau kami sedang berada dalam sebuah permainan.
Bahwa ciuman ini hanya sekedar hukuman.Dan bahwa kami sedang tidak sendiri di
ruangan ini. Aku menjauhkan wajahku dari Agung dan menarik tanganku yg tadi ternyata
telah berada dibelakang kepala nya dan kugunakan untuk menekan wajahnya padaku.
"Puas?!"tanyaku pd Randy sembari berusaha mati2an menjaga
agar mukaku terlihat datar.
Randy dan Wina yg tersadar akhirnya hanya mengangkat bahu sembari
tertawa gugup.
"Apa perlu kita terus bermain?!"tanyaku lagi.
"Nope!"jawab Randy cepat.
Tanpa sadar aku menghela nafas lega mendengarnya.
"Sepertinya sudah terlalu banyak unexpected show and
unexpected secrets,terungkap dimeja ini.Kita selesai. Honey,aku harus
mengantarmu pulang,"kata Randy dan bangkit."Lo bareng gak?Masih hujan
lho?"tanya Randy.
"No!Gw. . . . mau bantu Agung beres2 dulu,"kataku melihat
ke arah Agung yg tiba2 saja sibuk beres2."Aku antar mereka kedepan
dulu,"pamitku pd Agung yg hanya dia jawab dg anggukan cepat.
"Thanks atas semuanya Ran,Win,"kataku saat kami sudah
berada dipintu depan.
"Sama-sama Bro.Dan. . . . ,"dia seperti ingin mengatakan
sesuatu tp sulit.Wina yg ada disampingnya hanya menyentuh sekilas lengan
Randy.Dia menoleh pd pacarnya itu dan tersenyum ,". . . dan kita ketemu
besok dikampus ok?"kata Randy lalu pergi.
Aku diam disana sampai mobil Randy menghilang.Dan baru setelah
itu,aku mengusap bibirku.Sepertinya karena sudah lama tidak berciuman,aku jadi
sedikit terguncang oleh ciumanku dg Agung td.Yg lebih anehnya lagi,aku tidak
ingat kapan aku pernah menikmati ciuman seintens dan senyaman ciuman yg kami
lakukan td .Bahkan dg semua mantanku.Ada yg lebih dari sekedar ciuman tadi.Apa
mungkin itu hanya krn dia cowok jg?
Mustahil kan kalo aku justru menikmati ciuman dg cowok daripada
cewek?
Ugh!!Aku mikir apa sih?!
Aku cepat2 kembali keruang tengah dan mendapati ruangan itu telah
bersih.Dua orang pembantu Agung bilang kalau Agung kekamar.
"Boleh nginap ga?"tanyaku pada Agung yg sedang nonton tv
sambil duduk diranjang.
"Kenapa enggak?Ganti piyama sana,"katanya dan hanya
sekilas melihatku.Aku tersenyum dan mencari salah piyama Agung.Setelah ganti di
kamar mandi aku mendekati Agung dan langsung mengulurkan botol hairtonic
padanya.Agung memutar bola matanya.
"Fine!"katanya pasrah.
Aku langsung berbaring telentang dg berbantal pahanya. "Knp
dari tadi gak mau lihat aku sih?"tanyaku sedikit kesal saat Agung memijit
kepalaku tapi menghindari kontak mata ."Krn ciuman tadi ya?"tanyaku
langsung.Yg membuatku senang adalah saat kulihat wajah Agung jadi merah
padam.Kulitnya yg putih membuatnya terlihat jelas. Aku jd gemas dibuatnya.
"Ng-nggak kok!"elaknya sedikit gugup.
Aku terkekeh dibuatnya,"Ngaku deh!"paksaku lg.
Agung semakin tersipu,"Apa harus dibahas?"tanyanya
sedikit menggerutu.
Aku tak menjawab,malah lebih memilih memperhatikan wajahnya.Lalu
pandanganku berhenti pd bibir merahnya. Bibir kenyal dan lembut yg td
kukecup.Bibir yg mampu meninggalkan bekas yg aneh dalam pikiranku.Yg saat ini
membuatku ingin kembali menciumnya.EDAAAANNN!! pikirku.Aku harus bisa kontrol
diri! pikirku agak panik.
"Kalo gitu,gimana kalau kita bahas yg lain?"tawarku
akhirnya.
"Bahas apa?"tanya Agung,masih menghindar melihatku.
"Bagaimana kalo soal hmmmm. . . mantanmu.Adi,sama Rendra?Atau
Chris?!Penasaran dg . . . apa kau tadi menyebutnya?"Aku pura2 berpikir
sebentar; ". . pengalaman seks terhebat yg pernah kau alami?" Yeah.
Aku ingat tadi dia megatakan itu.
Wajah Agung yg tadi sudah normal kembali merona."Apa yg ingin
kamu tanyakan?" tanyanya seraya kembali menuangkan hairtonic kerambutku
dan mengusapnya lembut.
"Orang mana?"tanyaku.
"Swedia,"jawabnya singkat.
"Tell me about him,"pintaku dg nada serius.
Agung diam sejenak."Well. . . kami bertemu disebuah club. Dia
sedang liburan disini.Ngobrol,nyambung dan akhirnya kita sering ketemu.I'm not
interested in a sorta summer fling,kujelaskan itu pdnya.Dan Chris mengerti dan
dia benar2 ingin memiliki suatu hubungan dg ku.Dan akhirnya kita. . . jadian.He
was a great guy.Dia menghormati aku dan benar2 menyayangi aku.Dia. . . bisa
menunjukkan hal2 baru yg dulu tak pernah kuketahui sebelumnya."
"Maksudmu. . . dalam seks?"tanyaku.Agung hanya mengangkat
bahunya."Maksudmu seperti yg di film2 itu?Yg tangan diikat,dicambuki dan.
. ."
"What?!Noo...!!"potong Agung."Maksudku antara dua
orang yg saling mencintai.He was so sweet!"
"Apa yg membuat kalian bubar?"tanyaku.
"Well. . . . dia sangat posesif,ingin menikahiku dan membawaku
ke negaranya.Waktu itu aku masih 19 tahun. Tentu saja hal itu sangat menakutkan
bagiku.Jadi kami malah lebih sering bertengkar.Hingga akhirnya dia bilang, dia
akan memberiku waktu untuk tumbuh.Dan mungkin, suatu hari dia akan kembali
kesini untuk menjemputku. Kemudian. . . dia pergi."
"Kalian masih berhubungan?"tanyaku lg.
"Dia tak pernah membalas email ku,"jawab Agung dan
mengangkat bahunya.
Aku diam sejenak,"Lalu bagaimana dg yg lainnya?"
Agung menghela nafas," Apa perlu dibahas?They're all past.Dan
aku sudah meninggalkan mereka dibelakangku."
"Apa ciumanku tadi lebih baik dari Chris?"tanyaku
penasaran.
"Apa-apaan sih?"gerutu Agung mendengarnya.
"Hei,aku cuma ingin tahu,"ujarku membela diri.
"Emangnya kamu suka dibanding-bandingin sama orang lain?"
"Just tell me ok?"pintaku ngeyel.
Agung mendengus keras,"Secara tehnik,Chris lebih baik. Mungkin
karena dia punya pengalaman lebih dan. . .,"
Aku sudah menciumnya!
Tanganku bergerak meraih rambut Agung dibagian belakang lalu
menekan kepalanya,memperdalam ciuman kami.
"Tunjukkan padaku bagaimana Chris melakukannya,"
pintaku.Agung terdiam bbrp waktu menatapku.Lalu dia menciumku menunjukkan
bagaimana seharusnya aku melakukannya.Dan dia benar2 hebat.Dia bisa membetulkan
posisinya tanpa kuketahui.Dan tahu2 tubuh kami sudah saling sejajar dan dia
menciumku sampai aku lupa dan kelabakan untuk meresponnya.Dan saat dia melepas
ciumannya,kami berdua telah terengah-engah kehabisan nafas.Dan saat mataku
terbuka,aku sadar sepenuhnya kalau yg ada didepanku adalah Agung.Gila!!!
Aku telah berciuman hebat dg seorang lelaki.Tanpa dipaksa atau
tanpa sebab jelas.Bahkan aku yg melakukan gerakan pertama.Dan aku tak
menyesalinya.Aku menikmatinya.Aku menyukai ciumanku dgnya.Dengan orang yg saat ini berada dalam
pelukanku.Dan dia adalah Agung,yg dg jelas sekali aku tahu adalah seorang
gay.Have l lost my mind?!!Tanpa sadar aku menelan ludah.
"Aku mau tidur,"kataku pelan saat aku telah mampu
menemukan suaraku.
"Boleh aku tetap disini?"tanya Agung lirih.
Aku tak menjawab.Hanya menghela nafas panjang dan mengusap pelan
kepala Agung yg kini bersandar di dadaku.
Aku pasti sudah gila!!pikirku ngeri.
XV
Aku kembali terbangun keesokan harinya sendirian.Sisi ranjang
tempat Agung tidur jg telah dingin.Jd dia sudah terbangun tadi.Aku memicingkan
mata,mencoba melirik weker.Pantes.Udah jam delapan pagi,pikirku dan segera
bangun untuk sikat gigi dan cuci muka.
Saat turun kebawah,aku sedikit kaget karena menemukan Tante Niken
sedang santai menonton tv.
"Dava sayang!Sudah bangun rupanya.Agung sama Papi nya sedang
keluar sebentar membeli makanan.Tante sedang ingin chineese food.Sini,temani
Tante nonton!" kata Tante Niken dan menepuk sofa disebelahnya."Dan
Agung bilang kemarin kamu ulang tahun ya?Selamat ya sayang?!"sambung
beliau.
"Makasih Tan.Kapan pulang Tante?"tanyaku mendekat dan
membiarkan Tante Niken mencium pipiku.Orang borju kalo ketemu gini nih.Tante
Marsya ibu Randy jg begini ini.
"Tadi pagi.Tadi waktu Tante sama Oom liat kekamar Agung,kalian
masih tidur,"kata beliau ringan.
DEG!!!
Aku langsung merasa tak enak hati.Jadi tadi mereka kekamar Agung
saat kami sedang tidur.Apa yg mereka lihat?Semoga bukan sesuatu yg tidak
pantas,harapku dalam hati.Tapi sikap Tante Niken yg santai sedikit membuatku
lega.Pasti bukan hal yg buruk kan?Kalo nggak Tante Niken pasti sudah komentar.
"Gimana kuliahnya?"tanya Tante Niken lagi.
"Baik Tante.Semester kemarin IP nya juga naik,"jawabku.
"Waah bagus kalau gitu.Sembari nunggu Agung sama Papi nya
pulang,Tante pengen ngomong sedikit sama kamu.Sebentar,Tante ambilin jus jeruk
ya?!"kata beliau dan berlalu.
Uh-oh!pikirku cemas.Kira2 apa ya yg ingin beliau bicarakan?
"Ini tadi jeruk Tante beli di Singapur lho.Seger banget!"
kata Tante Niken yg kembali dg 2 gelas jus jeruk ditangannya. Diserahkannya
satu padaku.
"Enak Tante!"kataku setelah mencicipinya sedikit.
"Iya dong!Oh ya Va,akhir2 ini Agung ga punya masalah
gak?"tanya Tante kemudian.
Aku berpikir sejenak,"Sepertinya enggak Tan.Agung baik2 saja
kok,"jawabku seraya kembali meminum jusku.
"Dava tau kan kalau Agung gay?"
Aku langsung tersedak dan batuk2 keras mendengarnya. Tante Niken
segera bangkit mengambil tissue untukku.
"Kamu ini gimana sih?!Belepotan tuh,"kata Tante dan
mengusap bibirku dg tissue.Aku jd jengah dan mencoba melapnya sendiri.
"Nggak papa Tan.Maaf,"ujarku dan cepat2 membersihkan
diri."Jadi. . . . Tante tahu?"tanyaku pelan tanpa berani memandang
matanya.
"Ya tentu saja.Tante ini kan ibunya.Tante jg Dokter.Jadi nggak
bego2 amat. Sudah lama Tante dan Oom mu tahu Va. Dan kami sudah belajar untuk
menerimanya. Bagaimanapun jg, dia anak kami. Dan bukan kemauannya jg kan dia
begitu"ujar beliau sedikit bercanda."Kalian punya hubungan
khusus?"
Tubuhku sedikit menegang.Aku semakin tak berani memandang wajah
Tante Niken.
"Agung pernah cerita tentang bagaimana kalian bertemu. Dan kalau
memang itu benar,Dava straight kan?"tanya Tante lagi dg nada ringan yg
bersahabat.
Aku sama sekali tak bisa membuka mulutku atau bergerak seinci
pun.Yg jelas mukaku benar2 terasa terbakar.
"Sayang,dengar Tante.Jangan anggap Tante memarahi atau menguliahimu.Please
anggap kata2 Tante hanya bentuk kepedulian orang tua pada anaknya.Kalau memang
Dava punya hubungan khusus dg Agung,Tante akan senang sekali.Krn Tante
tahu,Dava anak baik2.Tp kalau Dava tidak mempunyai perasaan khusus pada Agung,
Dava harus bijaksana.Kalau Tante lihat,bagaimana cara kalian tidur tadi bukan
hal yg pantas dilakukan oleh 2 orang teman."
YA TUHAAANN!!!Tenggelamkan aku ke tanah sekarang!!
"Kalau Dava tdk punya perasaan apa2 pd Agung,mungkin sebaiknya
Dava memberi batasan2 yg jelas dalam kalian berhubungan,"lanjut Tante dg
suara lembut."Tp Tante ingin Dava berpikir dg seksama.Apa Dava sayang pd
Agung? Seberapa besar sayang Dava?Dan bagaimana bentuk sayang Dava pd
Agung?Sebagai teman ataukah lebih?Pikirkan dg baik Nak.Satu hal yg kau harus
tahu,menjadi gay itu tidak mudah.Kau tahu sendiri bagaimana.Belum masalah yg
mungkin akan muncul. Reaksi2 tidak enak yg mungkin akan Dava dapatkan dari
keluarga,teman2 juga lingkungan Dava.Jadi Dava harus benar2 berpikir bijak.
Ini hidup Dava.Dava yg menentukan baik buruknya.Tapi kalau boleh
Tante berpendapat,akan lebih baik jika Dava berpikir dg tenang tanpa campur
tangan orang lain. Sebelum terlambat.Sebelum banyak orang yg akan terluka.
Semakin cepat Dava mengetahui apa maunya Dava,makin baik pula hal itu.Untuk
Dava jg Agung,"kata Tante Niken.
Aku tahu beliau tidak memarahi atau bermaksud buruk yg lain.Tp
tetap saja aku merasa tertampar,"Tante. . . . ingin Dava menjauhi
Agung?"tanyaku pelan.
"Oh honey!Sama sekali tidak!"seru Tante Niken tertahan.
Beliau langsung mendekat dan memeluk bahuku."Sama sekali tidak!Yg Tante
inginkan hanya Dava memberi batasan yg jelas dlm bersikap.Sebagai teman atau
lebih. Jangan sampai Agung salah mengartikan sikap Dava. Jangan sampai pula
Dava terlibat dalam hal yg tidak Dava inginkan.Dava bisa paham?"
Aku mengangguk setelah terdiam beberapa lama.Aku paham maksud Tante
Niken.Kalau dipikir memang hubunganku dg Agung memiliki batas yg tak
jelas.Sepasang sahabat tak mungkin sampai berciuman seperti yg kami lakukan
semalam kan?Aku jg tak yakin kalau aku ingin menjalin hubungan dg seorang pria.
Bahkan jika itu Agung.Aku tak pernah berpikiran untuk menjadi seorang
homoseksual.Tidak sekalipun.
Jadi, bagaimana sebenarnya hubungan kami?
Apa yg ingin aku miliki bersama Agung?
Bbrp saat kemudian kami sedikit dikagetkan dg suara Agung dari
pintu depan.
"Cheer up honey!Mereka datang,"kata Tante Niken dan
bangkit menyambut suami dan putranya.
Aku berusaha bersikap biasa2 saja didepan Agung,meski ternyata hal
itu cukup sulit.Karena tak tahan berlama-lama seperti itu,aku segera pamit
pulang setelah mandi dan makan bareng.Tante Niken mengantarku kedepan. Sebelum
pergi beliau memelukku dan berbisik,"Pikirkan baik2 okay honey?"
Aku hanya mengangguk dan mengucapkan terimakasih.
XVI
Selama hampir satu minggu,kata2 Tante Niken terus terngiang
ditelingaku.Beribu pertanyaan mengiringi kata2 Tante Niken itu.
Apa yg sebenarnya aku inginkan?
Apakah aku ingin menjalin hubungan dg Agung?
Aku bisa langsung menjawab,tidak!Aku tak pernah punya keinginan
untuk memiliki hubungan dg Agung atau cowok lainnya.
Apakah aku punya perasaan yg khusus pd Agung?
Khusus seperti apa?Aku peduli pdnya.Menyayanginya.Tp kalau perasaan
yg berlebih seperti pd kekasih?Tentu saja tidak!
Apakah aku gay?
Tidak!tentu saja TIDAK!
Lalu kenapa aku bisa berciuman dg Agung?!
Pertanyaan ini cukup sulit dijawab.
Nafsu sesaat?
Ga mungkin.Knp aku bisa punya nafsu sesaat ke Agung yg jelas2
lelaki sementara aku bukan gay?
Iseng?
Dengan jujur aku mengakui kalau aku serius dg ciumanku itu.Aku
benar2 menikmati ciumanku dg Agung.
Tak sadar?
Hellooooo ?!Aku tidak mabuk waktu itu.
Apakah aku begini krn Agung?
Well,aku belum pernah dengar kalau gay adalah penyakit menular.
AAAAARRRGGGGHHH!!!
SIAL!!!
Aku benar2 tidak memiliki jawaban yg bisa menenangkanku. Aku pun
jadi sering diam memikirkan jawabnya.Aku jg sedikit menjaga jarak dg
Agung.Sebisa mungkin aku membatasi kebersamaan kami.Kalaupun harus bersama,aku
selalu mengusahakan ada orang lain bersama kami.Entah itu Randy,atau teman yg lain.Tentu
saja hal ini membuat Agung heran.Dia sempat menanyakan ada apa dgku.Aku jawab
saja tak ada masalah.Bahkan Randy pun akhirnya merasa heran.
"Ada apa sih Va?Lo kok jadi aneh akhir2 ini?"tanya Randy
saat kami meluncur dalam mobil menuju rumahnya.
Aku hanya menghela nafas dg tatapan kosong ke depan.
"Kali aja gw bisa bantu,"bujuknya.
Untuk sesaat aku diam memikirkannya.Aku ragu apakah Randy bisa
bantu."Aku jg gak tau Ran!"kataku pelan."Tp menurut lo. . . .gay
itu bisa menular gak sih?"tanyaku akhirnya.
Hening!
Hebat! pikirku saat sadar.Mungkin aku telah membuatnya ketakutan.
"Lupakan Ran. Gw tadi ngawur dan. . ."
"Agung ya?"tanyanya ringan.Aku sontan berpaling pd
Randy.Apa dia tahu?Tp Randy hanya tersenyum tipis.
"Sebenarnya bukan hak gw buat ngomong.Tp sebenarnya gw udah
lama pengen bilang.Mungkin. . . .sebaiknya lo kasih batasan yg jelas soal
bagaimana kalian berdua berhubungan."
Aku mengerang dg tanganku menutup wajah."Ooooh please.Not you
too,"keluhku.
"Apa?!Gw bukan yg pertama?"tanya Randy sedikit kaget.
Aku tertawa kecut.Akhirnya,aku menceritakan percakapanku dg Tante
Niken waktu itu.Randy tidak langsung berkomentar.Dia diam seolah-olah menelaah
lebih dulu ceritaku.
"Lo suka Agung?"tanya Randy akhirnya.
"Ya jelaslah.Sama seperti gw suka ke lo kan?"sergahku.
"Tidak lebih?"
Aku ternganga kaget."Maksud lo?" tanyaku sedikit emosi.
"Bro dengar,tolong jawab saja.Lo yakin tidak menyukai Agung
lebih dari sekedar sahabat?Tolong pikir dg baik2 sebelum menjawab.Inget ciuman
kalian dimalam ulang tahun lo itu?Gw ragu seorang teman bisa sampai seperti
itu."
"Hei,itu kan tantangan yg lo berikan dan. . ,"
"Dava,gw bukannya sedang menghakimi,"potong Randy
cepat."Tp justru itulah poin yg ingin gw tunjukkin. Segila apapun elo
dalam memenuhi tantangan permainan,lo gak akan mungkin mencium seseorang
seperti itu kalo lo gak punya perasaan khusus pd nya.Dan teman,l say this as
your best friend,menurut gw Tante Niken benar.Lo harus mulai memberi batasan2
yg jelas soal hubungan lo dg Agung,"tegas Randy.
Dan akupun kembali terbungkam!
XVII
Kuputuskan memang sebaiknya aku menjauh dari Agung. Kupikir mungkin
saja kami terlalu dekat sehingga batas antara teman dan pacar antara kami
menjadi buram.Akan beda urusannya kalau Agung str8t seperti Randy.Tp berhubung
dia gay,aku harus bisa memberi batas dalam hubungan kami.
Aku mulai menghindarinya.Tak pernah mau diajak bareng. Menolak saat
diajak pergi.Menghindar saat bertemu.Tak membalas telepon atau sms.Dan langkah
drastis berikutnya yg aku lakukan adalah,pindah kost.Aku merahasiakan kost ku
yg baru.Bukan hanya dari Agung,tp jg Randy.Lalu,aku mengganti nomor ponsel
ku.Dan hanya Randy dan orang2 penting aja yg kuberitahu no ku yang baru.Aku
minta mrk untuk merahasiakannya.
Agung diam saja?
Tentu tidak.Beberapa kali dia mencariku,mengajakku bicara atau
ketemu.Semua kutolak dan tak kuhiraukan. Aku bersikap dingin dan acuh
didepannya.Agung sudah bertanya baik2,memohon bahkan hampir menangis waktu dia
berhasil memojokkanku disudut kantin suatu hari.Tp aku tetap acuh.Aku benar2
ingin menjauh darinya serta dari sesuatu yg berhubungan dg nya.
Pernah suatu kali Agung kekelasku.Bbrp teman langsung bersiul
menggoda kami.
"Ya ampun yg lagi musuhan!"
"Dava,pacarnya nyari tuh!"
"Iya minta rujuk tuh"
"Kasihan Va!"
Dan masih banyak komentar2 usil lain bermunculan.
Darahku kontan mendidih dalam hitungan detik.Telingaku berdenging
hebat.
Aku menggebrak mejaku dg keras dan bangkit,memandang tajam
kesaentero kelas."Satu komentar lagi,dan aku sumpah! SIAPAPUN yg
mengeluarkannya akan menyesal!"ancamku dingin.Dan kelas sontan sunyi
mencekam.Teman2ku super kaget.Bbrp orang cewek kulihat memucat.Sementara
Agung,dia memandangku seolah-olah belum pernah melihatku sebelumnya.Aku cuma
menatapnya sekilas tanpa berkata apa-apa.Aku meraih tas ku lalu pergi tanpa
menoleh lagi. Bahkan Randy pun tak berani menyusulku.
Dan apakah aku tenang dan senang dg semua itu?!
TIDAK!!!
Aku membencinya!Aku membenci hari2ku yg terasa kosong,datar dan
menyesakkan.Hari pertama di kost an baru,aku semalaman tak tidur.Dan hari2
berikutnya aku cuma tidur sekitar 1-2 jam saja.Hampir tiap detik aku memikirkan
apa yg sebenarnya terjadi.Dan apa aku telah melakukan hal yg benar?
Aku tak pernah bisa menjawab dua pertanyaan sialan itu. Padahal
sering kali aku diam,merenung,berpikir.Tapi aku tak pernah tahu.Yg jelas
hari2ku terasa sunyi, membosankan dan luar biasa menyesakkan.Aku jd sering
uring2an,marah2 ga jelas dan males untuk melakukan apapun. Bahkan untuk sekedar
say hi dg siapapun.
Randy berulang kali mencoba melakukan sesuatu. Membujukku berbicara
atau memberitahu kost baruku. Tapi aku tetap bungkam dan mengacuhkannya.
Aku hanya ingin sendiri.
Persetan dg semuanya!
Aku yg sedang asyik coret2 gak jelas jd mengangkat sebelah alis
saat kulihat sepasang kaki berhenti didepanku.Aku mengangkat muka melihat Randy
yg berdiri dan mengangsurkan hp nya padaku.
"Ada yg mau ngomong!"katanya singkat.
Alisku terangkat makin tinggi,tp tanganku tak bergerak.
"Nyokap!"jelas Randy setelah mendengus kesal.
Dg ragu aku mengambil hp nya."Halo. . .?"
"Dava sayang,kok ga pernah mampir lagi?Apa kabar
sayang?"sapa Tante Marsya ringan.
"Baik Tante,"jawabku berusaha terdengar wajar."Tante
gimana?Oom sehat kan?"tanyaku balik.
"Kaka Dava jahat!Kok ga nanyain Tita?"Terdengar suara
protes Tita dari seberang.Tanpa sadar aku tertawa kecil.
"Halo Pendek!Kedengarannya sehat tuh?"godaku.
"Kak Dava ga lupa kan kalo ntar malem Tita ulang tahun?Dateng
ya Kak?Jangan lupa kadonya!"cerocos Tita.
"Waduh!Bener ya?"
"Itulah Va knp Tante telepon,"suara Tante Marsya kembali
dan kudengar dia mengusir Tita yg sepertinya marah. "Tante minta
tolong,kamu temani Randy ambil pesenan kue ya nanti? Ga mungkin kalo dia jalan
sendiri,"pinta Tante Marsya.Bagaimana aku bisa menolak?
"Tenang aja.Beres Tan!"jawabku.
"Ya udah.Ditunggu sama Tante nanti ya?Makasih Va!"pamit
beliau.
"Sama-sama Tante,"sahutku.Sambungan terputus.Aku
mengembalikan hp Randy.
"Kalo gitu pulangnya lo tunggu gw ya?"kata Randy dan
langsung beranjak pergi.Aku hanya menatapnya.Aahh. . . . . . . .kapan terakhir
aku benar2 berbicara dgnya?pikirku.
Perjalanan lebih banyak kami tempuh dalam diam.Aku sendiri lebih
memilih untuk duduk didepan sementara benakku melayang tak tentu arah.Aku
mendengar Randy bbrp kali menghela nafas.Tapi aku tak tertarik untuk
berkomentar/bertanya.
"Elo. . . . ga beli kado buat Tita?"tanya Randy akhirnya.
"Gampang.Ntar aja kita mampir ke mall,"jawabku.
Hening lagi.Randy mengetuk-ketukkan jarinya dikemudi sambil
sesekali melihatku.Aku tetap cuek.
"Mau bicara?"tanya Randy.
"Nggak!"
". . . . . Gw sahabat yg payah ya Va?"tanya Randy lg
pelan.
Aku berp`ling menatap Randy heran.Randy cuma menoleh sekilas dan
tersenyum tipis."Dulu lo gak pernah ngerahasiain satu hal pun dari gw.Tp
sekarang,boro2 ngomong,noleh aja lo jarang.Gw ngerasa kalau gw udah jadi sohib
yg gagal.Krn kalo gw sohib yg baik,lo pasti akan dateng ke gw.Sharing problem
lo.And kita cari solusinya bareng.Gw. . . .gagal.Maaf ya?"pinta Randy.
Aku tertohok dan segera membuang muka.Rasanya aku ingin berteriak
keras dan keluar dari mobil Randy.Menjauh dari orang yg sebenernya telah begitu
baik pdku,tapi tak pernah aku hargai.Untungnya,sebelum aku kehilangan
kontrol,kami tiba di toko kue yg kami tuju.
Kami turun.
Akupun jadi tahu knp Tante Marsya minta bantuanku.Kue tart yg
dipesan oleh beliau berukuran lumayan jumbo.Jadi Randy memerlukan bantuanku
untuk membawanya ke mobil.
"Lo mau nyari kado dimana?"tanya Randy saat kami melaju
kembali dijalan raya.
Aku diam mikir.Boro2 nama mall,kado apa yg mau aku beli aja aku
belum punya ide.
"Mau saran?"tanya Randy akhirnya setelah aku tak kunjung
menjawab.Aku cuma mengangkat bahu."Lo beli aja cd terbaru dari Justin
Bieber.Dari kemaren dia heboh mau beli."
"Baiklah!Kita beli cd itu saja!"jawabku enteng.
Lagi2 Randy hanya menghela nafas.
Tita menyambut kedatanganku dg heboh dan langsung nodong
kadonya.Dia seperti hendak mengatakan sesuatu begitu kami berhadapan,tp urung
ketika melihat Randy.Dia cuma menjulurkan lidahnya pada sang kakak dan langsung
teriak histeris begitu tahu cd yg kubawakan.
Tante Marsya memelukku sebentar dan mencium pipiku, "Apa kabar
sayang?Kamu udah makan?"tanya beliau.
"Baik Tante."
"Belum Ma!"imbuh Randy cepat dari belakangku."Tadi
kami langsung berangkat dari kampus,"lanjutnya lagi.
Tante Marsya mengamatiku dg cermat sejenak lalu
tersenyum,"Baiklah!Kita akan segera berangkat!Kamu mandi dan ganti baju
dulu ya?"kata Tante Marsya dan berlalu.
"Berangkat?"ulangku bingung pada Randy.
"Kue itu sebenernya buat ngerayain ultah Tita besok
disekolah.Malem ini kita cuma makan2 sekeluarga,"jelas Randy."Lo
mandi dulu deh.Pake mana aja baju gue yg lo mau,"tukasnya lagi.
Kembali aku tertohok oleh Randy.Acara ini adalah acara keluarga dan
aku mereka ikutkan yg berarti kalau aku telah mrk anggap sebagai bagian dari
keluarga.Tp tetap saja sikapku dingin pd Randy.Aku ingin menjelaskan, berbicara
dgnya.Tp entah mengapa aku benar2 tak bisa. Instingku tanpa sadar menutup diri
darinya.
"Ran. . .,"panggilku membuat Randy yg sudah hendak pergi
urung,"Bukan elo.Gw yg bermasalah.Gw yg gagal menjadi teman,"kataku
pelan dan melangkah untuk mandi dikamarnya.
XVIII
Malam itu kami makan disebuah restoran di tepi pantai
Legian.Restoran terbuka bergaya latin itu bernama MACCHIO(samaran).Salah satu
restoran terbaik disini.Dan setahuku,orang2 yg makan disini jg dari kelas
menengah ke atas.Tita malam itu nampak manis dan benar2 ceria.Dia tak henti2nya
tersenyum dan ngoceh soal bagaimana pesta sweet seventeen yg dia inginkan.Wina
yg jg datang tampak berusaha menjadi bagian dari keluarga Randy.
Aku sendiri jg berusaha
membaur.Mencoba menjadi bagian dari pesta kecil itu.Bukan hal mudah ternyata.Aku
sering kembali tenggelam dalam pikiranku sendiri,tidak fokus dan sedikit
bermasalah dg pendengaran.Baik Tante Marsya maupun Oom lwan hampir selalu harus
mengulang pertanyaannya.Mungkin mereka berpikir kalau aku harus mengunjungi
dokter THT ku.Aku hanya tersenyum kecut dan melayangkan pandanganku ke
pantai.Tak begitu banyak orang yg berlalu lalang.Pantai cukup sepi,sepertinya
enak untuk menenangkan diri.
Saat Kami selesai makan,aku berpamitan untuk jalan2 ke pantai.Aku
berniat untuk pulang sendiri.Waktu itu Tante Marsya hanya tersenyum dan meminta
Randy untuk menemaniku.Aku sudah berniat untuk menolak,tp pandangan Tante
membungkamku.Padahal aku tak enak dg Wina dan Randy.
Tp temanku yg satu itu benar2 hebat.Dia hanya tersenyum dan
melangkah ke pantai mendahuluiku.
"Maaf,"kataku saat kami berjalan menelusuri pantai.
Sesekali kami berpapasan dg bbrp turis yg jg sedang berjalan-jalan.
"Santailah Va.Mama tahu kalo lo lebih butuh gw. Beliau
mencemaskan lo.Lo tahu kan?"kata Randy.
"Beliau ibu yg baik!Gw beruntung bertemu dg beliau. Dengan
seluruh keluarga lo yg telah menganggap gw bagian dari mereka."
"Kalau begitu,kenapa lo tetep gak bisa menganggap kami sebagai
keluarga?"sergah Randy cepat.Dia menatapku tajam."Lo tahu kami
menganggap lo keluarga.Lo sadar kami peduli ke lo.Tapi kenapa lo ga bisa
percaya sama kami?Membagi apa yg lo rasa ke kami!!"sergah Randy lagi. Kami
telah berhenti melangkah.Dari lampu sebuah restoran,aku bisa melihat mata Randy
yg melihatku marah.
"Bukannya gitu Ran."
"Terus apa?Kenapa lo nyiksa diri lo begini?Kita semua cemas
ngeliat lo."
"Gw baik2 aja kok,"belaku.
Randy mendengus keras."Kapan terakhir kali lo ngaca?Sadar gak
lo kalo lo sekarang sedikit kurusan?Tau ga lo, kalo ada lingkaran kehitaman
dibawah mata lo?Kapan terakhir kali lo tidur cukup?Tau ga kalo penampilan lo jd
awut2an?"
Aku tak menjawab.
"Lo jadi aneh.Pendiem,suka ngamuk,dan kaya orang gila yg punya
dunia sendiri dalam otaknya.Lo ga ada bedanya dg mayat hidup.Mata lo kosong.Dan
lo jd penyendiri akut yg bahkan ga mau gw deketin.Gw ga tau skrng lo tinggal
dimana.Ada apa Va?!"tuntut Randy"Kenapa lo jd kayak gini?"
Aku merasakan ada gumpalan diujung tenggorokan yg seperti hendak
keluar.Tp gumpalan itu melekat disana.Tak bisa kudorong keluar.Hanya membuatku
sulit bernafas saja.Aku ingin berteriak,memberitahu Randy.Tp aku tak
bisa.Karena aku tak tahu apa yg harus kuberitahukan pdnya."G-gw. . . .g-ga
tau,"bisikku lirih dg dada yg semakin sesak.
"Agung kan?!"tanya Randy pelan,tp cukup membuatku
kaget.Kutatap matanya nanar,tp Randy hanya tersenyum, "Lo jatuh cinta
padanya,"katanya lg.Itu bukan pertanyaan. Itu pernyataan.
Udara bagai berhenti disekitarku.Suara hingar bingar musik
dikejauhan lenyap dg tiba2.Yang ada hanya gema dari kalimat terakhir yg Randy
ucapkan tadi.Lebih dari tadi, aku ingin berteriak.Karena kalimat terakhir Randy
tadi seolah-olah begitu tabu untuk terdengar di telingaku. Perlu bbrp menit
bagi pendengaranku untuk kembali normal.
"Kenapa lo gak mau jujur?"tanya Randy setelah keheningan
yg lama.
Randy sudah hendak mengatakan sesuatu saat kami dengar suara orang
yg ngomel dlm bhs inggris,berjalan mendekat ke arah kami.
"You are nuts!It's cold and yet you swim!"omel satu
suara.
"Honey,in my country,it's warm!"sanggah suara lain.
"But still.Come on!We have to go back to hotel so you can
change your shorts.We are so not gonna have dinner till u're wearing proper
clothes And. . ."
Kalimat itu berhenti disana.
Didepanku,Agung berdiri, tampak kaget dg seorang pria bule berambut
coklat gelap disebelahnya.Bule itu hanya mengenakan celana pendek yg tampak
basah.Tubuhnya merupakan gambaran sempurna dari seorang lelaki.Dia tinggi
tegap,bahkan Agung yg tingginya sama dgku(skitar 178 cm) hanya setinggi
bahunya.Wajahnya menawan dg hidung tinggi dan bibir tipis merah,serta mata yg
dalam.Bagian pipi,dagu dan atas bibirnya dihiasi dg rona kebiruan bekas cukuran
yg membuatnya terlihat jantan.Dadanya penuh dg lekukan tanpa cela. Perutnya yg
langsing dihiasi dg lengkung2 six packs yg nyaris sempurna.Sedikit bulu dada
ikut menghiasi dada indahnya yg pasti akan membuat lumer kaum hawa.Tampak
menebal di bagian tengah bersambung turun sampai pusar.Trs sampai ke bagian yg
tertutup celana pendek basahnya.Mereka berdua tampak seperti pasangan gay
sempurna yg hanya pantas berada dalam iklan.Dan mereka bergandengan tangan.
"Agung?!"sapa Randy tak percaya.
Dia tampak salah tingkah saat kagetnya telah menghilang. Bahkan
kulihat dia seperti menelan ludah."H-hai Ran," sapanya gugup dan
hanya menoleh sekilas pdku.Dia tampak ingin segera pergi dari tempat itu,tp
jelas itu akan terlihat tidak sopan.
"Dia. . . .,"Randy tak meneruskan kalimatnya.
"K-kenalin Ran,ini. . . . Chris,"kata Agung."Chris
this is my friend,Randy!"kata Agung dan aku yg menangkap kalimatnya jelas
bahwa dia merujuk pd satu orang saja.Is and my friend.Hebat!Hanya Randy yg
terhitung,pikirku kecut.Tapi aku hanya mampu diam didepan mereka dg pikiran
campur aduk.
"Oh hello.I'm Randy.How do you do!"sapa Randy.
Chris tersenyum ramah dan menyambut Randy,"Hello Randy!How do
you do!"
"Chris. . . .,"Randy tampak berpikir sejenak.Sampai
akhirnya,sebuah pemahaman muncul diwajahnya.Dan barulah saat it aku jg
ingat.Chris! Mantan Agung yg berasal dari Swedia!Yg katanya akan datang lagi
suatu hari untuk. . . .
Perutku langsung terasa mulas!
"Ran!"tegur Agung dg nada memperingatkan saat dilihatnya
Randy hendak berkomentar jahil. Randy tergelak tp mencoba menguasai diri.
"Okay fine.Eeeeuuhh. . . .,"Randy menoleh padaku yg
sedari tadi hanya mematung diam,"Baiklah.Sepertinya aku yg harus
melakukannya,"gumam Randy."Chris. . . . this is my very own best
friend.Dava!Dava,Chris!"
Sekarang sebuah pemahaman ganti muncul diwajah Chris.
"Oh,you're Dava.Hello,it's nice finally meeting you," katanya ramah
dg tangan terulur.
Aku menyambutnya dg ragu,lalu dg cepat melepaskan tanganku.
Dan suasana hening yg canggung menggantung diudara.
"Well. . . .kalo gitu kami pergi dulu ya?Chris harus ganti
baju,"pamit Agung akhirnya."Come on Chris!"
"We're gonna have dinner at Macchio.You guys are welcome to
join us!"undang Chris ramah sembari satu tangannya memeluk bahu Agung.
"Really?Thank you,but we're just there,"balas Randy.
"Well,that's a shame.Nice meeting you then.Hope we can have
sometime together later,"pamit Chris dan merekapun melangkah pergi.
Hening!
Aku masih berdiri ditempatku dg perut yg semakin mulas. Bahkan
sekarang bisa kurasakan tubuhku terasa dingin mendadak,tp anehnya,keringat
justru bermunculan disekujur tubuhku.
"Va. . . .,"panggil Randy.
Gelegak dalam perutku semakin menggila.Dan akupun tak mampu lagi
menahannya. Aku langsung jatuh tersungkur dan muntah hebat.Semua yg telah
kumakan dan kuminum tadi seolah-olah meloncat keluar.Tubuhku kejang-kejang saat
aku memuntahkannya. Randy terpekik kaget dan mencoba membantu dg memijit mijit
leherku.
Bbrp saat kemudian saat semua isi perutku telah habis keluar dan
hanya rasa pahit dimulutku yg tersisa,aku terduduk lemas.Nafasku memburu
sementara tubuhku basah oleh keringat."Maaf,"kataku lemah dg suara yg
terdengar asing ditelingaku.
Randy menatapku aneh.Dia hanya tersenyum sedih dan mengangkat
tangannya.Kukira dia hendak membantu membersihkan sisa muntahan yg mungkin
berlepotan di mulutku.Tp tangan Randy justru mengusap pipiku yg ternyata telah
basah,dan semakin basah.
Aku. . . . menangis?
"Keluarkan semua,"kata Randy lirih dan memeluk kepalaku.
Dan untuk pertama kalinya aku melakukan sesuatu yg belum pernah
kulakukan didepan Randy,lebih2 lagi dalam pekukan eratnya.Aku menangis hebat!!
Nafasku sampai tersengal saat aku merasakan sumpalan dalam dadaku
yg kembali seperti memaksa keluar.
Dan akhirnya,aku benar2 tahu kebenaran yg selama ini tertutup
dimataku!!
"Y-ya Tu-Tuhan. . . . . A-aku. . . .mencintainya,"bisikku
lirih, tersengal keras diantara usahaku untuk bernafas.
Dan aku kembali kalah.Membiarkan sumbat dalam rongga dadaku terbuka
diiringi oleh rasa sakit yg nyaris menghilangkan kesadaranku.Akupun mengerang
keras!
XIX
Aku terbaring dg mata nyalang. Bagaimana aku sampai dikamarku pun
aku belum ingat jelas. Yg ada dipikiranku adalah kenyataan yg aku sadari
semalam.
Kembali semua ingatan dan peristiwa yg pernah terjadi dan aku alami
bersama dg Agung,melintas. Seharusnya aku tahu kenapa aku merasa begitu nyaman
bersama Agung. Saat aku begitu kesal dia selalu menyebut Rico,seharusnya aku
sadar bahwa itu cemburu. Saat aku merasa hariku belum lengkap tanpa
melihatnya,harusnya aku tahu itu. . . .cinta.
Aku kembali menutup mataku dg lengan. Dan sekarang sudah terlambat!
Sial!
Sial!
SIAAAAAALLLLL!!!!!
Mungkin selama ini aku telah menyadari akan perasaanku. Hanya saja
aku lebih memilih untuk menyangkalnya. Jatuh cinta pd seorang pria. . . .
Memikirkannya pun aku belum pernah! Tapi itulah kenyataannya.
Mungkin sekarang sudah ada tulisan gay di jidatku.
"Gimana perasaan lo?"
Aku terjingkat kaget karena tak mendengar suara orang masuk. Randy!
Dg cepat aku mengusap mataku yg sempat basah dan duduk.
"Maaf bikin kaget!"katanya lagi dan duduk disebelahku.
Aku hanya mencoba tersenyum untuk memberitahunya aku tak apa. Tapi
mana mungkin aku bisa kembali menipunya.Randy sudah mengetahui apa yg kurasakan
dg jelas."Oh ya,bagaimana lo bisa tahu gw tinggal disini?" tanyaku
baru inget. Malam itu,setelah insiden dipantai Randy langsung membawaku ke
kostan tanpa sekalipun bertanya dimana lokasinya.
"Gw pernah ngebuntutin elo," jelasnya,kembali dg senyum
meminta maaf.
"Sepertinya sudah ga ada lagi yg bisa gw sembunyiin dari lo.
Bahkan lo bisa tau kalo gw ga. . . .," Bahkan untuk mengatakannya pun aku
sulit, "kalo gw 'seperti itu' sebelum gw bisa menyadarinya," kataku
getir.
"Kenapa lo harus meributkan label sih?" tanya Randy
membuatku mengangkat alis."Gay,str8t,bi . . . . . , lo tetep Dava. Lo ga akan berubah jadi a
freak yg bakalan mangsa orang. So you like men,but then what? Itu kan ga
merubah siapa elo?"
"A man dude!" potongku ngeri. "Gw cuma suka ma satu
orang. Dan gw ga ada niat untuk menambahnya dalam waktu dekat!" protesku.
Randy enak saja menyebut kata itu sementara aku masih mengernyit hanya dg
mendengarnya saja. Menyadari bahwa aku menyukai Agung. . . .
"The point is,kamu adalah kamu.Dava.Sohib gw!"
"Meski gw . . . . . gay?"
There! I said it! pikirku ngeri.
"Gw udah lama kok mempersiapkan diri buat moment kayak
gini," sahutnya enteng, dan lagi2 tersenyum saat aku bengong gak
ngerti. "Udah lama gw sama Wina
ngeliat en sadar gimana perasaan lo ke Agung. Kita sering ngebahasnya. Wina jg
yg ngeyakinin gw kalo apapun kenyataannya ntar,
lo tetep sohib gw. Pernah bbrp kali gw coba buat kasih tau elo. Tp Wina
pikir itu bukan ide yg baik. Pertama mungkin elo bakal nyangkal abis2an. And
worst, lo bakal menjauh dari gw. Atau musuhin gw. Jadi kita putusin buat nunggu
lo sadar dg sendirinya. Yg jelas, gw selalu sobib lo Bro. Apapun kenyataannya," jelas Randy. Dan
sekali lg aku dibuat malu oleh fakta bahwa dia, jauh mengerti aku dibandingkan
aku sendiri.
"Ga ngaruh meski lo gay," lanjutnya lg. "Asal lo ga
suka ngebantai orang kaya si Ryan aja!" selorohnya membuatku merengut.
"Sial lo!"rungutku,"Lo. . . .ga jijik?" tanyaku
lg dg nada ragu.
"Gw ga perduli lo gay atau str8t. Jgn terlalu memusingkan
label. You're just a human. Lagian ga semua gay itu gak bener/jahat. N ga semua
str8t itu baik. Mereka sama2 manusia," kata Randy lg dan
tersenyum."Yg harus lo pikirin skrng,gimana lo bisa ngedapetin Agung
lagi."
Aku mendengus keras mendengarnya. Dg kesal aku menjatuhkan tubuhku
kembali ke kasurku."Bersaing dg Chris?! Lo gila ya? Lo ga inget gimana
wujud dari orang itu? Orang kaya dia biasanya cuman ada dalam imajinasi liar
wanita. Dan dia nyata! Siapa yg bisa menolaknya."
"Well. . . .seksi abis sih. Gw yakin,si Wina juga ga bakal
mikir dua kali kalo seandainya dia disuruh milih. Gw atau Chris. Dia pasti
milih Chris!"
Dengan kesal aku melempar bantalku pdnya. Randy hanya
tertawa."Makasih buat dukungannya!" gerutuku. Aku berbaring telentang
memandangi atap kamarku yg gak ada bagus2nya."Gw juga ga yakin kalo gw mau
jd. . ." aku kembali tak bisa menyebut kata itu.
"Gay?" sahut Randy. "Bukan gw yg kudu mutusin hal
itu. Tapi elo. Lo yg kudu tau apa yg lo mau lakukan di hidup lo. Tp kalo gw
bisa bantu,lo jawab ini!" Randy mendekat pdku dan menatapku lekat. "Apa lo sayang Agung? Apa lo rela
kehilangan Agung? Dan terakhir. . .apa lo bisa sendiri tanpa Agung? Setelah lo
jawab semua pertanyaan itu,mungkin lo bisa ngerti apa yg lo mau. Tp apapun
keputusan lo,kita tetep sohib."
Aku tersenyum mendengarnya,"Thanks!"
Randy membalas senyumku, "Gw harap lo cepet mengambil
keputusan. Sebelum terlambat. Kalo saja lo jadi gw. Gw bisa ngeliat dg jelas
gimana lo bisa begitu. . . .berantakan tanpa Agung. Lo kacau tanpa dia. Dan gw
ga bisa ngebayangin kalo lo. . .kehilangan dia selamanya. Jangan ragu Va.
Beranilah demi kebahagiaan lo. Ga usah peduliin komentar orang lain,"
Randy tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya, "Gw ga percaya kalo sekarang gw memberi
semangat sohib cowok gw buat ngejar cowok lain. Tp ngeliat lo kemaren2, gw
sadar kalo Agung,telah jadi bagian penting dalam hidup lo," katanya.
Aku menatapnya tanpa kata.
"Gw pergi dulu. Ada janji sama Wina. Call me if you need
anything. And please,pikirkan baik2 apa yg gw katakan tadi," pamit Randy
yg kembali kujawab dg senyum.
Sepeninggal Randy,aku tak henti2nya memikirkan pertanyaan2 Randy
tadi. Apakah aku sudah benar2 siap kehilangan Agung? Bisakah aku melewati
hari2ku seperti kemarin? Selalu sepi, suram dan menyesakkan. . .selamanya. Agung akan bersama Chris. Berada dalam
pelukannya. Menciumnya. . . .
Dan aku akan sendiri menyesali diri.
Selamanya. . . .
Aku bangkit dengan cepat dan meraih kunci sepeda motorku!
Satpam yg menjaga rumah Agung mengatakan kalau Agung keluar dan
hanya ada Tante Niken dirumah. Dia sudah mengenalku jadi dia membiarkanku
masuk.
"Dava sayang!Apa kabar?!" sapa Tante Niken dan memelukku.
Diciumnya kedua pipiku. "Sudah lama kamu tidak main kesini,dan. . ."
"Tante, Agung kemana?" potongku cepat.
Tante Niken tersenyum seolah mengerti kenapa aku datang mendadak
kerumahnya dg keadaan kacau dan terburu-buru. "Dia ada di hotel Bali
lnternasional(samaran) ,bersama temannya.Chris!" katanya.
Aku mengetatkan geraham mendengarnya, "Saya permisi dulu
Tante!" pamitku cepat!
"Dava!"panggil beliau membuat langkahku terhenti,
"Kau sudah membuat keputusan?" tanya beliau.
"Saya akan bicara dg Tante lagi nanti. Setelah saya bertemu
Agung!" jawabku dan segera kembali melangkah.
Menemukan Chris ternyata bukan hal yg sulit. Karena begitu sampai
didepan gedung hotel, aku melihatnya berdiri disamping sebuah mobil jeep.
Sepertinya dia hendak pergi. Dg tergesa-gesa kuparkir motorku.
"Chris!!" panggilku dan mendekatinya.
"Hei,you. . ."
"Where is he?" potongku cepat. Jelas dia masih ingat
denganku.
Chris tidak langsung menjawab tapi malah memandangku, "In my
room. What do you want?" tanyanya ringan.
"I wanna talk to him."
"What for? You didn't want him and you might be too
late!" katanya lagi, masih dg nada yg ringan.
"I don't care. I just wanna talk. I'll accept his decision.
Whatever that is. But I need to talk to him. Now!" tegasku lagi. Chris
sepertinya tahu sejarahku dg Agung. Jelas sekali dia tahu alasanku kesini.
"Room 27. Just walk straight ahead through the door,"
jelas Chris dan menunjuk pintu hotel. "My room is the last one."
"Thanks!" kataku dan berlalu dg cepat.
Kamar no 27 memang berada ujung dari deretan kamar dilantai satu.
Pintunya tak dikunci. Dan kulihat Agung sedang berdiri di balkon
kamar,menghadap kelaut dg tangan terlipat didada. Memunggungiku.
"Have you got the rent car?" tanya Agung tanpa melihatku.
"Like l said,l'll take you wherever you want to, but I'm not gonna take
you to Dava!"
Aku sedikit tertegun. Jadi tadi Chris meminta Agung untuk
membawanya menemuiku?!
"He doesn't want me Chris. And that's final. It might be the
best. I'll have to accept his decision. I'll leave him in peace coz that's what
he wants. So don't ask me again!" katanya dg tegas meski aku bisa
menangkap kegetiran dlm suaranya.
Aku mendekatinya hingga kemudian aku berdiri tepat dibelakangnya.
Dg sedikit gemetar, kuangkat tanganku. Kulingkarkan lenganku di pinggangnya dan
menariknya untuk mendekat. Menempelkan punggungnya ke dadaku. Agung
mengeluarkan suara terkesiap kaget. Tp aku langsung menyurukkan wajahku dalam2
dilekuk lehernya.
"Va. . . .?" desis Agung.
"Jangan tinggalin aku," pintaku lirih.Baru sekarang,saat
aku bisa memeluk tubuhnya,merapatkan tubuh kami,aku menyadarinya. Bahwa aku
benar2 membutuhkan Agung. Aku tak ingin kehilangan dia. Aku ingin bisa terus
mendekapnya seperti ini. Dan saat ini,hal itu terasa begitu tepat. Dan aku tak
ingin melepasnya. Kurasakan tubuhnya begitu pas dalam pelukanku.
"Va. . .,"
"Jangan pergi," pintaku dg suara pecah. Aku tak bisa
menahan diri. Pertahananku hampir bobol dalam hitungan detik. Aku hanya mampu
menahan selembar kesadaran tipis yg membuatku tidak menangis keras skrng. Belum
pernah aku merasa rapuh seperti ini. Belum pernah aku merasa takut seperti saat
ini. Takut kalau apa yg telah kulakukan kemarin2 akan membuat Agung tetap
pergi,meski aku telah memintanya dg cara seperti ini. Rapuh karena aku yakin,
krn kalau dia berontak lepas dan pergi dariku sekarang,aku akan hancur.
"Please. . . .," pintaku serak.
"Va. . ."
"Aku salah. Aku bodoh. Aku jahat. Tapi. . . . aku takut.
Maaf," kataku.
Yeah! Betapa bodohnya aku tidak menyadari arti Agung sebelumnya.
Aku terus memeluknya erat tanpa mengangkat wajahku yg tersembunyi
dilehernya. Hingga kemudian,kurasakan tangan Agung mengusap lembut tanganku yg
melingkar dipinggangnya. Perlahan dia melepas tanganku lalu dg cepat berbalik
memelukku. Mendekap erat kepalaku sambil mencium sisi wajahku dg bibirnya. Dan
aku bisa melihat pipinya pun basah.
Dan pertahanan terakhirku runtuh.
Aku terisak keras dalam pelukannya.
XX
Entah berapa lama aku berada dalam pelukannya. Saat aku sudah bisa
menguasai diri, saat pikiranku telah mulai jernih, aku jadi malu setengah mati.
Aku tak habis pikir kenapa aku jadi lemah didepannya. Dan kali ini entah
keberapa kalinya aku menangis karena Agung. Seingatku sudah 2 kali aku
melakukan ini dihadapannya. Yg pertama adalah saat kami bertemu pertama kali.
Kalau dipikir,dalam bulan2 terakhir ini, aku menangis lebih banyak dari yg aku
ingat sepanjang hidupku.
Aku menyusut hidung dan melepaskan diri. "Sial!" desahku
kesal dan masuk. Langsung merebahkan diri diranjang. Kupejamkan mataku rapat2.
Mencoba mengumpulkan harga diriku yg rasanya mulai runtuh didepan Agung.
"Kenapa?" tanya Agung yg menyusulku. Kurasakan ranjang
bergerak sedikit saat dia ikutan naik.
"Aku kesal! Kenapa aku selalu lemah didepanmu," kataku
pelan. "Menangis hanya dilakukan oleh anak kecil, atau cewek. Tapi aku
jadi sering nangis karenamu. Cowok macam apa coba yg lembek gini?"
gerutuku.
Sesaat kemudian kurasakan usapan lembut Agung dikepalaku. Kubuka
mataku, dan kutemukan dia berbaring, bertumpu pada sikunya di sebelahku. Dia
tersenyum.
"Bukankah itu bagus? Hal itu menunjukkan kau masih punya hati.
Manusia apa yg tidak pernah menangis?"
"Aku cowok."
"And a human," imbuh Agung. "And I think it's
sweet!"
Aku mengerang kesal. "Tapi aku nggak suka! Aku ingin jadi
orang yang kuat," gerutuku lagi. Mendengarnya Agung hanya tertawa kecil. Dia maju dan
mencium keningku lembut.
"I love you,just the way you are," bisiknya.
Aku menatapnya lekat. Mematri wajah cute nya di ingatanku.Tanganku
terangkat dengan sendirinya, dan mengusap sisi wajahnya. "Aku sayang kamu
jg, "bisikku, ". . . tapi aku tak tahu apa yg harus aku lakukan atau
harapkan."
"Maksudnya?" tanya Agung.
"Aku tak pernah tahu akan membawa hubungan ini kemana. Ketika
aku menjalin hubungan serius dg seorang cewek ,aku tahu apa yg harus aku
lakukan nantinya. Kami akan menikah, memiliki anak dan tua bersama,"
kataku lirih. "Tp denganmu. . . . . . ."
Agung tersenyum sedih, "Kau ingat pertemuan pertama kita? Kau
bilang,kami para gay beruntung, krn kami tak mungkin merasakan sakitnya
dikhianati saat istri kita selingkuh. Ingat yg kukatakan, being gay dinegara
ini jg membuat kami tak bisa bersama dg pasangan kami. No matter how big our
love is. Sekarang kau tau bgmn rasanya kan?"
Aku bisa melihat ironinya sekarang. Dan aku jg tak tahu harus
mengatakan apa. "Aku sayang kamu. Aku ingin bersamamu. Aku nggak mau
melihatmu bersama dg cowok lain. Tp aku tak bisa mengatakan masa depan apa yg
bisa kuberikan padamu. Apa yg bisa kujanjikan padamu?" tanya ku dg nada
bingung.
"Just tell me again you love me!"
Aku menarik kepalanya dan mencium bibirnya. Merasakan kuluman
lembutnya yg membalas ciumanku. Merasakan lidahnya yg menelusuri bibir dan
mengusap lidahku. "I love you," bisikku lirih.
"That's a start," bisik Agung dan kembali menciumku. Kali
ini dg lebih intens dan bergairah. Aku bisa merasakan hasratku bangkit,apalagi
saat dia bergeser keatas tubuhku. Tubuhnya bergerak pelan,menggesek tubuhku yg
langsung bereaksi. Tanpa sadar aku mengeluarkan suara lenguhan pelan.
Tanganku bergerak masuk kedalam t-shirtnya. Mengusap lembut
punggungnya. Bergerak ke dadanya,dan berlama-lama disana. Bermain dg dua
tonjolan kecil yg mengeras disana.
Tp saat Agung menggesekkan pinggulnya pd ku, aku merasakan tonjolan
lain yg lebih besar yg mendesak dan serta merta aku tersentak, melepas
pagutanku. Sadar bahwa yg bergerak diatasku adalah Agung yg notabene adalah
cowok dan punya onderdil yg sama dg ku.
"Apa?" tanyanya bingung diantara nafasnya yg memburu.
"Bisakah kita melakukannya. . . .selangkah demi selangkah
saja?" pintaku. "Jujur aku sedikit. . . .terintimidasi. Juga
takut." kataku dg wajah memanas.
Alis Agung terangkat mendengarnya.
Aku berpikir sejenak. Mencoba menyampaikan apa yg ada dipikiranku
dg bahasa yg halus pd Agung. "It's new for me. Aku tak tahu apa yg harus aku lakukan. Dan yg
jelas,aku tak yakin aku bisa menerima ada. . . sesuatu yg masuk ketubuhku.
Please jangan salah menerimanya. I love you, tp aku gak mampu untuk melakukan
itu. Not now. Never" jelasku.
Agung tersenyum, "I don't mind being a bottom."
"Bottom maksudmu. . . .?"
Agung hanya tersenyum.
Aku bisa merasakan kembali wajahku memanas. "Meski hal itu
sedikit menenangkan, bisakah kita membahasnya lain kali?" pintaku lagi yg
benar2 jengah harus membahas hal itu.
Lagi2 Agung hanya tersenyum dan mengangkat tubuhnya dariku.
"Kita akan membahasnya kapanpun kau mau,"katanya.
Aku tak suka saat tubuh kami terpisah, tapi aku tahu kalau aku
belum siap untuk melakukan lebih dari apa yg kami lakukan tadi. Sumpah ngeri!
"Chris!" sergah Agung tiba-tiba.
Aku yg telah duduk dan membetulkan bajuku yg kusut berpaling
mendengar Agung menyebut nama itu.
"Kenapa? Tadi dia ada didepan," kataku dg sedikit nada
tak suka.
"Come on! Let's out. Mungkin dia masih menungguku!" ajak
Agung.
"Kalian. . . .?" aku tak meneruskan pertanyaanku. Agung
tersenyum lebar melihat kecemasanku.
"Aku memilihmu," katanya singkat dan mengulurkan
tangannya padaku. Aku menyambutnya.
Saat kami menitipkan kunci di resepsionis, kami mendapat pesan dari
Chris yg mengatakan bahwa dia akan kembali menelepon Agung nanti. Pengertian
juga kunyuk itu. Aku jadi teringat akan janjiku dg seseorang. Aku segera
mengajak Agung pulang.
Perjalanan pulang ke rumah Agung memakan waktu yg sedikit agak lama
dibandingkan berangkatku ke Legian. Aku hanya membawa satu helm, Agung tidak
membawa mobil, jd kami boncengan dan harus menghindar dari polisi dg melewati
jalan2 tikus.
Tante Niken menyambut kami dg senyum ramahnya. Dia melihat tangan
kami yg bergandengan tanpa gurat heran yg kuduga akan muncul.
"Tante. . .," kataku memulai saat kami telah duduk
diruang tengah bertiga, "Dava meminta ijin Tante untuk bisa bersama dg
Agung," pintaku sedikit gugup. "Dava sayang Agung Tan. Dan Dava
ingin. . .bersama Agung."
"Dava sudah memikirkannya dg baik?" tanya Tante Niken.
"Sudah Tan," jawabku mengangguk, "Tapi. . . . Dava
tidak bisa mengatakan apapun tentang masa depan. Dava. . .tak tahu apa yg bisa
Dava janjikan. Yg Dava tahu, Dava sayang Agung dan ingin bersamanya. Dava ingin
menghadapi apapun yg ada didepan nanti bersama," kataku jujur. Krn bahkan
aku sendiri jg tak tahu akan kemana nantinya hubunganku dan Agung berakhir.
"Gung?" tanya Tante Niken.
"Agung ngerti Mom. Bukan hanya krn Dava tak tahu sama sekali
tentang dunia Agung, tp jg krn Agung bisa mengerti apa yg ia bingungkan.
Terlebih lagi, Agung sayang Dava Mom," kata Agung pelan.
Tante Niken menghela nafas sejenak, "Kadang Mommy berharap
kalau kenyataan tidak seperti ini," desah beliau, "Tapi Agung putra
Mommy dan Mommy sayang Agung. Seperti apapun Agung. Dan Agung sudah besar.
Sudah tahu apa yg harus Agung lakukan dan akibat apa yg akan Agung tanggung.
Jadi. . . Mommy serahkan semua pada Agung," kata Tante Niken.
Agung bangkit memeluk ibunya, "Makasih Mom!"
Tante Niken hanya menepuk bahu Agung dan mencium pipinya. "Va.
. . Tante titip Agung ya?" kata beliau dan mengembangkan tangannya padaku.
Aku segera bangkit memeluknya, "Pasti Tante. Terima
kasih," kataku.
"Kalau begitu beres. Kalian belum makan malam kan? Mau temani
Mommy kan?"
Aku dan Agung hanya tersenyum dan mengagguk.Agung mengulurkan
tangannya padaku yg kusambut dg remasan pelan.
"Oh ya!" Tante Niken yg sudah melangkah kembali berhenti
da berbalik ke arah kami. "Satu lg pesan Mommy. Va, Agung, inget selalu dg safe sex ya?"
Aku tak bisa berbicara saking kaget dan malunya. Agung mengerang
keras dan menutup wajahnya.
"Mom. . . . kami belum sejauh itu," gerundeng Agung dg
wajah yg lebih merah dariku.
"Hei,Mommy kan ibumu plus dokter. Jadi harus selalu
mengingatkan kalian untuk melakukannya dg cara yg benar.”
"MOOOOMM!!!!"seru Agung yg hanya Tante Niken jawab dg
tawa kecil sambil berlalu. ”Mommy emang paling bisa bikin masalah,”
gerundengnya lagi.
“Eeehhhmmmm. . . . . tapi kamu ga mungkin hamil kan kalo kita
ngelakuin ‘itu’ tanpa pengaman?” tanyaku sedikit heran.
Agung ternganga saking kagetnya, ”Yang Mommy maksud itu bukan hamil
Va! Aduh. . . . kamu kudu banyak2 baca buku deh. Tapi seperti yg kamu
bilang,akan lebih baik kalau kamu belajarnya selangkah demi selangkah kan?”
katanya, ”Udah deh.Yuk. . . ,” ajaknya dan mengulurkan tangannya padaku.
Aku menyambutnya.
Yeah. . . .
Selangkah demi selangkah.
Kami akan menghadapinya bersama.
Aku dan Agung!
Bersama. . . . .
==============The End===================
Guys, kisah Dava dan Agung q selesein disini. Sebenernya sih pengen
ngelanjutin sampe mrk lulus kuliah. Tp. . . . l think it would be better this
way!
Thanks buat semua yg kasih support selama penulisan (apa? Novelet?
cerpen? atau novel ya?) cerita ini. En maaf bangeeet bila2 ada kesalahan. Baik
disengaja ato nggak.
Insyaallah ketemu lagi taon depan (bentar lg ganti taon kan?) dg
MEMOIRS II (Dimaz' Story). Pengennya segera upload, tp . . . . . AKU MAU KE
BALIIIIII!!!!!
Liburan plus ngerayain pergantian taon. Ada yg kesana gak? Kan
asyik ngobrol bareng dipantai sambil liat pesta kembang api huhuhu. . . . . Kasih kabar ke email gw ya?
soniduainne@yahoo.com
btw, gw masih nunggu email2 kalian. Baik berupa komen, kritik,
saran, cerita curhat or else. Nambah2 temen en sodara!
Gw tunggu yaaa. . . .?!
Shit, i'm crying when i read this story. Ceritanya menyentuh banget, apalagi bagian2 akhirnya. Gua suka banget ama karakter Dava di cerita lu. Biasanya, si gay lah yg menjadi focus dlm cerita & mereka cenderung sbg yg tertindas (mungkin krn kbanyakan yg gua baca mereka sbg bot, y?) Tapi si Dava ini karakternya kuat banget. Gua tersenyum saat membayangkan kemanjaan Dava dan Agung, gua ketawa saat Dava ngejailin Agung, dan yg pasti gua ngakak waktu Mamanya Agung ngomongin hal yg buat Dava malu. Di sini Dava benar2 menjadi tokoh yg polos dan justru itulah yg bikin gua suka dg sosoknya. Pergulatan batinnya juga gua rasakan: apakah salah menjadi berbeda? Bukankah tidak ada seorangpun yg ingin diciptakan berbeda?
BalasHapusYah, gua juga ngerti perasaan Nino di cerita lu yg lain. Emang berat hidup dalam kepura-puraan saat kita ingin menjadi diri sendiri.
But, the important thing why i love (all of) your story is because your story not just tell bout the sex. Yeah, udah bukan rahasia umum kalau kebanyakan gay story terlalu mengumbar sex. Sementara cerita lu beda, lebih menekankan pada plot dan konflik tokoh.
If you don't mind, maybe we can share each other? Oy, kalau memang semua kisah di blog ini lu tulis sendiri, maka lu mesti tahu kalau salah satu blog ngambil cerita lu di blognya.
Andai hidup seindah cerita :)
Hi....
Hapussorri Bro baru balas.
Gw masih bingung ma blogger ini.
Thank u buat apresiasinya.
Yup!
Cerita ini adalah murni karangan gw. Gw posting pertama kali di www.boyzforum.com dg id gw, jay_dody. Long story.
Silahkan aja buat Share
btw, Memoirs ini trilogi.Memoirs 3 masih gw share di boyzforum, pd bagian boyzstories. Lo bs google dg judul Memoirs III The Triangle
N yes! Gw sadar kalo ngambil cerita orang lain itu salah. N hal itu pernah terjadi pd Memoirs 2 gw yg diposting di blog Cerita panas lelaki tanpa seijin gw. Plus ditambahin adegan yg hot hot gt. haizzz....
Let me know kalo lo nemuin hal yg sama di tempat lain, ok?
Thank u!
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus